Proyek Jalan Lingkar Padalarang KBB Terhambat akibat 25 Persen Lahan Belum Dibebaskan
BANDUNG BARAT, iNews.id - Lahan yang belum dibebaskan jadi kendala belum dimulainya proyek pembangunan Jalan Lingkar Padalarang-Cipatat di Kabupaten Bandung Barat (KBB). Padahal goundbreaking pembangunan jalan sepanjang kurang lebih 7 kilometer ini sudah dilakukan pada 22 Februari 2022.
"Kendala lahan masih mengganjal, karena belum semua terbebaskan. Kami ingin semua terbebaskan dulu baru pengerjaan fisik dilakukan," kata General Manager PT Belaputera Intiland Ryan Brasali, Sabtu (5/11/2022).
Jalan yang ditargetkan bisa mengurai kemacetan di sekitar Padalarang, KBB, ini anggarannya berasal dari corporate social responsibility (CSR) PT Belaputera Intiland selaku pengembang perumahan kawasan Kota Baru Parahyangan Padalarang. Secara keseluruhan anggaran yang disiapkan mencapai sekitar Rp100 miliar.
Ryan Brasali menyatakan, untuk lahan yang sudah terbebaskan saat ini baru sekitar 75 persen dan sekitar 25 persen sisanya sedang dalam proses negoisasi pembebasan. Pembayaran berjalan cuku alot karena masih terbentur pada nilai anggaran untuk penggantian. Bagaimanapun pihaknya tidak mau merugikan pemilik lahan.
"Kendalanya di nilai penggantian dan ada juga karena yang masih harus menunggu dikomunikasikan dengan anggota keluarganya dulu," ujar Ryan Brasali.
Dia menuturkan, kebanyakan lahan yang belum terbebaskan berada di Desa Gunungmasigit. Jika akhir tahun ini pembebasan tanah rampung maka ditargetkan pertengahan 2023 sudah dapat dimulai untuk pengerjaan fisiknya. Diperkirakan untuk penyelesaian jalan lingkar itu membutuhkan waktu sekitar satu tahun lebih.
Jalan lingkar Padalarang-Cipatat akan membentang dari Kecamatan Padalarang hingga Cipatat. Melintasi lima desa yaitu, Cikande, Bojonghaleuang, Cipatat, Gunungmasigit, dan Citatah. Lebar jalan sekitar 10 meter sehingga kendaraan bisa leluasa melintas meski kontur jalannya nanti cukup bervariasi.
"Kami ingin kehadiran jalan lingkar ini bisa menguntungkan semua pihak, makanya diupayakan mencari lahan yang tidak terlalu ekstrem dan tidak banyak memakan lahan permukiman warga," tutur Ryan Brasali.
Editor: Agus Warsudi