Perubahan Lokasi TOD KCJB dari Walini ke Padalarang Bukti Perencanaan Kurang Matang
BANDUNG BARAT, iNews.id - Perubahan lokasi Transit Oriented Development (TOD) Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) dari Walini, Cikalongwetan ke Padalarang, menunjukkan perencanaan kurang matang. Pemindahan TOD tersebut akan berdampak signifikan terhadap Walini yang digadang-gadang akan menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK) di KBB.
Ketua Pusat Kajian Politik Ekonomi dan Pembangunan (Puskapolekbang) KBB Holid Nurjamil menilai, sejak awal pembangunan TOD di Kabupaten Bandung Barat (KBB), sudah ditetapkan di kawasan Walini. Namun sekarang muncul rencana dan evaliasi akan membangun TOD di Padalarang.
"Itu menjadi bukti kalau PT KCIC kurang matang dalam merencanakan dan merealisasikan pembangunan infrastruktur serta sarana penunjang lainnya bagi Kereta Cepat Jakarta Bandung," kata Holid, Sabtu (3/4/2021).
Menurutnya, ketika rencana pembangunan kereta cepat baru muncul, kawasan Walini sudah diplot untuk TDO kereta cepat bahkan akan menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK). Bahkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Pemda KBB sudah menyesuaikan dengan rencana pengembangan itu.
Sedangkan kini muncul rencana TOD di Padalarang, sehingga menimbulkan pertanyaan. Apalagi saat ini masih santer diberitakan jika ada misanggaran dalam proyek pembangunan kereta cepat.
Sehingga berdampak kepada terjadinya cost overrun (pembengkakan biaya). "Ini kan jadi pertanyaan juga, pertama anggarannya membengkak, dan ada perubahan konsep TOD di tengah jalan," ujarnya.
Holid menuturkan, wacana pemindahan TOD ke Padalarang merupakan langkah yang logis, karena Padalarang sudah merupakan daerah perkotaan dan dekat juga dengan Kota Cimahi. Sehingga jumlah penduduk dan akselerasi masyarakatnya membutuhkan modal transportasi yang cepat.
Selain itu infrastrukturnya juga mudah diintegrasikan dengan moda transportasi lainnya, seperti bus antar kota/dalam kota, kereta api reguler, dan akses keluar masuk jalan Tol Cipularang. Sehingga moda transportasi yang ada bisa terintegrasi langsung. Beda halnya dengan di Walini yang masih belum ada sarana penunjangnya.
"Ya kalau TOD dipaksakan di Walini mungkin akan terjadi seperti mega proyek Bandara Kertajati yang sepi peminat, padahal itu adalah proyek hasil ngutang," tutur Holid.
Editor: Agus Warsudi