get app
inews
Aa Text
Read Next : Hadapi Perubahan Iklim, 4 Pengelola Air di Wilayah PJT II Kolaborasi dan Bagi Kewenangan 

Perlu Konservasi, Puluhan Hektare Lahan di Hulu Sungai Citarum Bandung Kritis

Minggu, 14 Agustus 2022 - 09:18:00 WIB
  Perlu Konservasi, Puluhan Hektare Lahan di Hulu Sungai Citarum Bandung Kritis
Penanaman pohon produktif oleh masyarakat sekitar sub hulu DAS Citarum di Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. (Foto: iNews.id/Arif Budianto)

BANDUNG, iNews.id - Puluhan hektare lahan di hulu Sungai Citarum, sub DAS Cirasea, Kabupaten Bandung, dalam kondisi kritis. Lahan tersebut perlu mendapatkan penanganan konservasi sebagai upaya mengembalikan fungsinya menjadi daerah resapan air. 

"Dari luas desa kami sekitar 792 hektare, kawasan yang masuk kategori lahan kritis ada sekitar 30 hektare, " kata Kepala Desa Nagrak, Kecamatan Pacet, Suparman, pada Pelatihan Edukasi Masyarakat Pelatihan Pupuk Organik Padat dan Cair di Ciparay, Kabupaten Bandung. 

Menurut dia, puluhan hektare lahan kritis tersebut diakibatkan alih fungsi lahan dan masifnya pemanfaatan lahan oleh warga untuk kegiatan pertanian dan lainnya. Saat ini, di desanya masih ada sekitar 99 hektare lahan kategori hutan yang perlu dijaga kelestariannya. 

Menurut Suparman, langkah konservasi  lahan kritis perlu terus dilakukan. Diantaranya memanfaatkan lahan kritis untuk menanam berbagai pohon produktif namun berfungsi menyerap air. Membenahi saluran air untuk mengurangi sedimentasi dan potensi terjadinya longsoran. 

"Program konservasi sebenarnya sudah berjalan sejak beberapa tahun lalu. Beberapa petani telah mendapatkan hasil dari penanaman pohon produktif, seperti kopi yang saat ini penjualannya cukup bagus. Dalam satu hektare lahan, bisa menghasilkan sampai 3 kg kopi untuk satu kali panen," tambah Kepala Desa Sindang Heula, Ruhyat Alamsyah. 


Pihaknya menyambut baik langkah konservasi yang saat ini gencar dilakukan banyak pihak seperti Perum Jasa Tirta, Pemerintah, dan stakeholder lainnya. Pelatihan pembuatan pupuk organik yang saat ini dilakukan juga diharapkan meningkatkan kesadaran masyarakat menjaga lingkungan. 

Imbas lahan kritis di hulu Citarum, kata dia, adalah banjir yang sering dirasakan penduduk di hilir sungai seperti Dayeuhkolot, Baleendah, dan lainnya. Banjir disebabkan berkurangnya hutan resapan. Debit air hujan yang cukup tinggi, langsung mengalir ke hilir, menyebabkan banjir. 

"Ya sekarang sudah terasa lah di Bandung sering banjir atau longsor, ini karena kurangnya kawasan resapan air," ujar dia. 


Perwakilan Perum Jasa Tirta II Irpan mengapresiasi kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk kepedulian masyarakat terhadap konservasi lahan kritis. Apalagi, Perum Jasa Tirta memiliki kepentingan menjaga kualitas dan debit air yang baik untuk menyuplai kebutuhan warga. 

"Sub DAS Cirasea ini masuk sub DAS Citarum hulu. Kita tahu karena aktivitas warga telah terjadi perubahan tata guna lahan. Sehingga sebabkan banjir dan sedimentasi. Sehingga perlu dilakukan konservasi untuk keberlangsungan lingkungan melalui sarana edukasi, perbaikan cek dum, penanaman pohon, dan lainnya, " kata dia. 

Program seperti ini, kata dia, telah rutin digelar sebelum Covid-19 melanda. Keterbatasan ruang gerak menyebabkan program edukasi sempat terhenti, dan kali ini mulai gencar dilakukan kembali. Dia berharap, program ini terus mendapat respon masyarakat sekitar agar program konservasi bisa terus berjalan. 

Editor: Asep Supiandi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut