Pengamat: Kinerja Mesin Parpol Dinilai Berpengaruh di Pilgub Jabar
BANDUNG, iNews.id – Masyarakat Jawa Barat dalam hitungan hari akan menentukan pemimpin barunya melalui ajang pesta demokrasi lima tahunan. Sekitar 31,7 juta pemilih akan menentukan nasib Jabar di periode 2018-2023 pada 27 Juni mendatang.
Dalam pelaksanaan, Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2018 diikuti empat kandidat yakni pasangan nomor urut 1, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (Rindu), pasangan nomor urut 2, TB Hasanuddin-Anton Charliyan (Hasanah), pasangan nomor urut 3, Sudrajat-Ahamad Syaikhu (Asyik), dan pasangan nomor urut 4 Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (Deddy-Dedi).
Dari keempat kandidat, pasangan Rindu menjadi yang terbanyak diusung partai politik (parpol) yakni, Partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Selain itu, Paslon Rindu juga didukung Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Terbanyak kedua pasangan Asyik yang didukung Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Gerindra, dan Partai Amanat Nasional (PAN). Dukungan parpol ini merupakan koalisi yang dinilai solid sebagai parpol oposisi ditingkat nasional.
Kemudian, paslon nomor urut 4 Deddy-Dedi yang diusung Partai Demokrat dan Partai Golkar, serta mendapat dukungan dari Partai Persatuan Indonesia (Perindo). Sementara pasangan Hasanah menjadi satu-satunya kandidat yang diusung satu parpol yakni PDIP.
Sejak dua bulan lalu, keempat paslon terus bergerak melakukan sosialisasi dan berkampanye menyapa masyarakat untuk mendapat dukungan suara. Mereka memperkenalkan sejumlah program unggulan kepada warga dan menjanjikan perubahan jika terpilih.
Namun, sosialisasi kinerja paslon tidak bisa berjalan sendiri. Mereka membutuhkan kerja sama dengan seluruh elemen partai dan sayap pendukung. Soliditas partai menjadi salah satu pertarungan para kandidat untuk menuju kursi kepemimpinan di Jabar.
Pengamat Politik Universitas Parahyangan Asep Warlan menilai, keempat kandidat yang ikut bertarung memiliki kelebihan dan kekurangan dalam mendulang perolehan suara. Mereka masing-masing telah menyusun program unggulan yang dituangkan dalam visi-misi untuk membangun Jabar. Namun, apapun program unggulan yang disampaikan para paslon, tidak akan bisa terlaksana jika kesolidan mesin partai tidak terjaga hingga hari pencoblosan.
Menurut Asep, dalam faktor kesolidan mesin parpol, pasangan Rindu memiliki ancaman terbesar kehilangan basis suara. Sebab, hingga beberapa hari jelang pencoblosan pada 27 Juni nanti, belum terlihat chemistry partai pengusung dalam menggerakan mesin partai.
Pasangan ini masih mengandalkan kekuatan figur Ridwan Kamil yang disosialisasikan kepada masyarakat untuk dipilih menjadi pemimpin Jabar mendatang. Sementara dalam pergerakan mesin parpol, tidak terlihat pemegang komandonya.
"Saya menilai belum efektif. Karena chemistry-nya belum terbentuk seperti halnya pilpres lalu. Koalisi ini tidak ada PDIP dan dilepas. Tidak ada komandonya di pilgub. Jadi susah untuk menggerakan parpol koalisi lainnya," kata Asep kepada iNews.id, Rabu (6/6/2018).
Apalagi beredar kabar Partai Hanura yang semula mendukung pasangan Rindu justru mengalihkan suaranya ke paslon lain. Kondisi teknis yang terjadi di internal partai itu akan menjadi ancaman bagi pasangan Rindu untuk meraih suara maksimal saat pencoblosan.
"Saya kurang hafal faktanya seperti apa. Tapi, konon katanya Hanura juga mengalihkan dukungan ke paslon lain," ujar Asep.
Menurutnya, mencuatnya persoalan teknis internal bisa menjadi ancaman bagi kandidat yang diusung untuk menjadi pemenang. Karena itu, persoalan teknis yang terjadi di internal harus segera diselesaikan. "Problem teknis di partai seperti itu. Kalau mereka abai terhadap soliditas partai, itu bisa menjadi ancaman," ucapnya.
Asep melanjutkan, paslon nomor urut 1 harus lebih menguatkan keterkenalan figur di masyarakat. Selain itu, program unggulan yang dikemas dalam visi dan misi juga harus lebih dimatangkan. "Strateginya sekarang tinggal figur dan program yang harus digenjot. Selain itu dikuatkan logistiknya," tuturnya.
Sementara untuk paslon nomor urut 2, akan lebih leluasa bergerak menentukan arah karena hanya digerakan oleh satu parpol. Pasangan ini hampir dipastikan tidak akan diperkeruh oleh persoalan teknis internal partai.
Kemudian paslon nomor urut 3, sudah terkenal dengan loyalitas kadernya. Para kader pendukung pasangan Asyik akan bekerja maksimal untuk memenangkan Sudrajat-Ahmad Syaikhu di Pilgub Jabar. Apalagi, dukungan parpol terhadap paslon nomor urut 3 ini memiliki grand design untuk menghadapi Pilpres 2019 mendatang.
Terkahir, paslon nomor urut 4, Deddy-Dedi yang akan saling menguatkan keterkenalan figur. Pasangan ini memiliki kelebihan terbantu oleh dua figur yang sudah dikenal masyarakat. "Paslon nomor 4, lebih unggul figur pasangannya. Mereka saling menguatkan antara calon gubernur dan calon wakil gubernurnya," tutur Asep.
Editor: Donald Karouw