Pasokan Beras Bergantung dari Luar, Ketahanan Pangan Cimahi Rentan
CIMAHI, iNews.id - Pasokan beras untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga Kota Cimahi, Jawa Barat bergantung pasokan dari luar daerah. Kondisi ini menyebabkan ketahanan pangan Kota Cimahi sangat rentan jika tak segera diantisipasi.
Keterbatasan lahan pertanian menjadi salah satu kendala bagi kota ini untuk mewujudkan swasembada pangan. Apalagi saat ini banyak lahan pertanian di Kota Cimahi beralih fungsi menjadi kawasan perumahan dan bisnis.
Kabid Pertanian Dinas Pangan dan Pertanian Kota Cimahi Mita Mustikasari mengatakan, jumlah pendudukan Kota Cimahi sebanyak 553.755 jiwa. Sementara, hasil pertanian lokal, terutama padi, tidak mampu memenuhi kebutuhan penduduk Cimahi.
Akibatnya, kata Mita, Kota Cimahi memiliki ketergantungan besar terhadap pasokan beras dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan pangan warga.
"Hasil panen padi di Cimahi hanya sekitar 4 persen dari total kebutuhan seluruh warga. Untuk sisanya disuplai dari luar daerah seperti daerah-daerah tetangga," kata Mita, Jumat (8/1/2021).
Dia menyebutkan, hasil panen padi di Kota Cimahi tahun 2020 hanya 18.358 ton Gabah Kering Giling (GKG). Produksi padi itu didapat dari 137,14 hektare lahan pertanian sawah yang masih tersisa di Kota Cimahi.
Seperti di wilayah Cimahi Utara ada sekitar 85 hektare dengan hasil panen gabah kering 940,814 ton. Lalu di Kecamatan Cimahi Tengah dengan luas lahan 8 hektare, hasil panennya 44,36 ton, serta di Kecamatan Cimahi Selatan ada 47 hektare dengan hasil panen 850,626 ton.
"Sebenarnya produksi padi tahun 2020 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2019 yang hanya 18.084 ton. Tapi tetap saja masih minus kalau untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Cimahi," ujarnya.
Menurut Mita, target tahun ini panen beras di Kota Cimahi masih sama yakni hanya 1.679,16 ton. Tidak dinaikannya target produksi padi tersebut dikarenakan adanya wabah Covid-19. Supaya hasil panen bisa melebihi target, pihaknya melakukan sejumlah upaya.
Di antaranya bekerja sama dengan para penyuluh di Kota Cimahi. Seperti menyarankan petani untuk menggunakan jamu organik biogro seperti yang sudah digunakan di beberapa lahan pertanian. Berkat penggunaannya hasil panen bisa meningkat sampai 100 persen.
"Contohnya di Ciseupan, awalnya hasil panen hanya sekitar 4,1 ton/hektare gabah kering, setelah pake jamu itu naik jadi 8,3 ton per hektare," tutur Mita.
Upaya lain yang dilakukan adalah, penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB), penerapan teknologi sistem tanam jajar legowo, pemakaian pupuk berimbang.
Kemudian penggunaan alat mesin pertanian secara optimal, pengendalian hama dan penyakit tanaman hingga panen tepat waktu. "Kami berharap meski lahan pertanian di Cimahi sedikit tapi hasil panennya bisa maksimal," katanya.
Editor: Agus Warsudi