Pakar Unpad Soroti Latto-Latto, Ternyata Ada Aspek Positif bagi Anak 

BANDUNG, iNews.id - Pakar sosiologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr Hery Wibowo menilai terdapat nilai positif dari permainan latto-latto yang kini digandrungi anak-anak. Permainan tersebut bisa menjadi momen bagi para orang tua untuk mengurangi ketergantungan anak terhadap gawai.

Menurutnya, anak bisa menjadi sedikit terhindar dari potensi negatif yang bisa dialami ketika terlalu banyak bermain gawai. Melalui bermain latto-latto dengan temannya, menurutnya interaksi sosial anak bisa terbangun.

Baca Juga

Warung di Talaga Majalengka Roboh akibat Tertimbun Tanah Longsor, Pemilik Selamat

"Inilah ajang membangun interaksi sosial dari generasi Z yang sering disebut generasi ‘alien’ karena suka menyendiri dan generasi rebahan," kata Hery dalam keterangan resmi Unpad di Bandung, Jawa Barat, Senin (9/1/202).

Selain itu, mainan latto-latto juga bisa menumbuhkan pola pikir pada anak terkait proses. Dia menilai anak-anak pun bakal memiliki pemahaman bahwa kesuksesan itu harus menempuh proses dan tidak instan.

Baca Juga

Jembatan Gantung di Talaga Majalengka Putus Diterjang Arus Deras Sungai

"Dengan penekanan bahwa proses itu penting, tidak ada sukses instan, dan berlatih akan membawa hasil," kata Hery.

Baca Juga

Harga 3 Komoditas Turun di Pasar Sindangkasih Majalengka, Telur Rp28.000 per Kg

Secara tidak langsung, menurutnya, anak yang memainkan latto-latto akan berusaha menunjukkan kemahirannya di depan sebayanya. Hal itu menurut Hery bisa menjadi lahan positif bagi anak untuk membangun konsep diri positifnya.

Di samping dengan anak sebaya, menurutnya, para orang tua juga bisa memiliki ruang untuk mengapresiasi anaknya ketika menunjukkan kemahirannya dengan bermain latto-latto.

"Dapat menjadi waktu berkualitas bagi anak dan orang tua, sekaligus wahana pemahaman nilai-nilai positif dan sarana orang tua mengapresiasi kelebihan sang anak, sehingga anak makin merasa berharga. Ini penting bagi tumbuh kembangnya kelak," ujar dia.

Meski begitu, menurutnya, mainan itu juga bisa berdampak negatif bagi anak apabila anak tersebut dan orang tuanya tidak bisa mengatur waktu bermainnya. Kemudian anak juga menurutnya, bisa saja menjadi rendah diri jika tidak berhasil memainkannya.

“Sehingga diperlukan fokus dan konsentrasi penuh dalam memainkan, agar tidak membahayakan pemain maupun teman-teman di sekitarnya,” kata Hery selaku Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpad itu.

Editor: Asep Supiandi