get app
inews
Aa Text
Read Next : 1.630 Calon Mahasiswa ITB Lolos Jalur SNMPTN 2021, Paling Banyak Diterima di Teknik Elektro

Pakar ITB: Indonesia Boros, 50 Persen Air Terbuang Sia-sia 

Rabu, 24 Maret 2021 - 07:15:00 WIB
Pakar ITB: Indonesia Boros, 50 Persen Air Terbuang Sia-sia 
Ilustrasi air bersih. (Foto: Istimewa)

BANDUNG, iNews.id - Guru Besar Bidang Rekayasa Air Institut Teknologi Bandung (ITB) Indratmo Soekarno menilai, sumber daya air di Indonesia cukup melimpah. Sayangnya, air belum digunakan secara maksimal sehingga hampir 50 persen terbuang sia-sia.

Pernyataan itu disampaikan Indratmo saat menjadi pembicara dalam diskusi terkait peringatan Hari Air Dunia di Inews Tv, Selasa (23/3/2021). Hadir juga sebagai pembicara Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat Dikky Achmad Sidik.

Indratmo mengatakan, sumber daya air di Indonesia sudah terdegradasi. Sebagai contoh, dari sisi penggunaan sangat boros karena masih banyak kebocoran. Akibatnya, air yang terbuang begitu saja.

"Kita boros dalam pemanfaatan sumber air, baik untuk pertanian maupun yang lain. Antara 40-50 persen air terbuang. Juga untuk air minum, kebocoran masih tinggi, baik aspek teknikal maupun nonteknikal," kata Idratmo. 

Dia mengemukakan, pemanfaatan sumber daya air dari jenis permukaan dan tanah masih banyak yang terbuang begitu saja ke laut. "Belum bisa termanfaatkan dengan baik, masih boros, masih banyak yang terbuang ke laut. Baru 6 persen yang termanfaatkan," ujarnya.

Begitu pun saat hujan turun, tutur Indratmo, air terbuang begitu saja ke sungai hingga ke laut. Di sisi lain, air tanah pun tidak maksimal penggunaannya. 

Sebagai contoh, di kawasan industri banyak penggunaan air tanah secara berlebihan. "Akibat mereka tak bisa mendapatkan pelayanan air, sehingga untuk industri harus ambil air tanah," tutur Indratmo.

Pengambilan air tanah berlebihan akan berdampak terhadap ketersediaan. Sebab, pada sisi lain jumlah air yang tersimpan di tanah sangat berkurang. 

Salah satu penyebabnya karena semakin hilangnya resapan di kawasan hulu akibat alih fungsi menjadi pemukiman. "Jadi saat kering kekurangan air, saat hujan airnya tak teresap, karena tak punya tampungan," ucapnya.

Dari sisi penggunaan pun, ujar Indratmo, ada ketidakadilan antara warga kalangan atas dengan bawah. Dia menilai, warga kelas atas justru lebih murah dan mudah dalam memeroleh air bersih.

Dia menambahkan, kondisi ini berbeda dengan di luar negeri. "Mereka lebih melihat bagaimana meningkatkan nilai air. Penggunaan air sangat efisien," ujar Indratmo. 

Selain itu, tuturnya, teknologi pengelolaan air di luar negeri sudah diterapkan dengan baik. Oleh karena itu, dia mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengedukasi kepada sesama. "Kita edukasi masyarakat bagaimana kita memperlakukan air dengan baik dari hulu," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas SDA Jawa Barat Dikky Achmad Sidik mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga air. Air harus bisa ditahan sebanyak-banyaknya di hulu. 

Sebagai contoh, menurutnya di hulu harus terus digalakkan reboisasi. "Supaya air lebih banyak meresap ke tanah di hulu," kata Dikky.

Selain itu, Dikky memastikan harus membuat penampungan sebanyak-banyaknya. "Masyarakat harus bayak bangun sumur resapan. Sebagai tampungan. Jadi aliran air ke bawah tak akan menambah debit," ujarnya. 

Tak hanya itu, dia juga mengajak peran serta masyarakat untuk menjaga kualitas air dengan mengurangi pencemaran, menjaga akses air, dan menumbuhkan partisipasi masyarakat untuk menjaga lingkungan air agar bisa berkelanjutan.

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut