get app
inews
Aa Text
Read Next : Rahasia Ilmi Jadi Doktor Termuda di ITB, Ternyata Begini Cara Belajarnya

Moh Mu’alliful Ilmi Raih Gelar Doktor Kimia ITB di Usia 26 Tahun, Ini Kunci Suksesnya

Jumat, 28 Oktober 2022 - 10:31:00 WIB
Moh Mu’alliful Ilmi Raih Gelar Doktor Kimia ITB di Usia 26 Tahun, Ini Kunci Suksesnya
Moh Mu’alliful Ilmi raih gelar doktor Kimia ITB di usia 26 tahun. (FOTO: ITB.ac.id)

BANDUNG, iNews.id - Moh Mu’alliful Ilmi wisudawan S3 doktoral termuda di usia 26 tahun pada Wisuda Pertama ITB Tahun Akademik 2022/2023. Kunci sukses belajar Moh Mu’alliful Ilmi adalah rasa keingintahuan atau curiosity.

Bagi Moh Mu’alliful Ilmi, curiosity adalah ruh ilmu pengetahuan. Karena itu, curiosity menjadi pegangan bagi Ilmi selama menempuh pendidikan di Program Studi Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Jangan terlalu memikirkan belajar buat apa? Kenapa sih kita belajar ini? Kita jalani dulu. Nanti sambil berjalan kita akan menemukan kegunaan ilmu yang kita pelajari,” kata Ilmi.

Selain itu, pemaknaan akan hakikat ilmu pengetahuan juga merupakan esensi dari proses belajar. Tidak perlu terlalu fokus mempertanyakan untuk apa belajar, namun dengan menjalaninya sebaik mungkin kita akan menemukan relevansi ilmu tersebut dalam kehidupan.

Ada lima tips untuk menyelesaikan studi tepat waktu atau bahkan lebih cepat namun tetap produktif. Pertama, lakukan segala sesuatu dengan terarah. Kedua, selalu berprogres seiring waktu tidak masalah sekecil apa progres tersebut.

Ketiga, mengatur skala prioritas untuk efisiensi waktu, tenaga, dan pikiran. Keempat, fokus pada tujuan dan motivasi awal agar etos kerja tetap terjaga. Kelima, kenali cara belajar agar mempermudah penyerapan ilmu pengetahuan dan implementasinya.

Prinsip yang selalu dipegang Ilmi dalam belajar adalah rasa ingin tahu dan haus akan ilmu. Hal ini membuatnya terbuka dengan pengetahuan multidisiplin serta terus mengikuti dinamisasi yang sejalan dengan topik penelitian. 

Selama menjalani studi doktoral, Ilmi mengaku perlu menyesuaikan waktu antara akademik dan keluarga. Ilmi dituntut untuk dapat membagi waktu antara melakukan penelitian, menulis proposal dan laporan, membantu istri, dan merawat anak.

Ilmu mengatakan, lulus S3 dari ITB merupakan anugerah sekaligus hasil kerja keras yang harus senantiasa disyukuri. “Lulus S3 merupakan hal yang tentu tidak mudah. Kelulusan ini menjadi anugerah bagi saya, orang tua, istri, dan anak untuk dapat menyelesaikan pendidikan tepat waktu,” kata Ilmu kepada ITB.ac.id.

Pandemi Covid-19 selama dua tahun, ujar Ilmi, merupakan tantangan besar. Sebab, penelitiannya berbasis karakterisasi membutuhkan akses penggunaan laboratorium-laboratorium sentral. Sedangkan saat pandemi laboratorium itu ditutup.

Tak mau kehilangan kesempatan, Ilmi memanfaatkan waktu selama penutupan laboratorium untuk menulis paper review. Dari kegiatan tersebut, Ilmi berhasil menghasilkan paper review yang dipublikasikan di Jurnal Archaelogical and Anthropological Sciences. 

Selama belajar di ITB, Ilmi telah menghasilkan 14 paper yang dipublikasikan dalam jurnal nasional maupun internasional dengan empat paper di antaranya menempatkan Ilmi sebagai penulis pertama.

Setelah pandemi berakhir, Ilmi melanjutkan penelitian tentang aspek kimiawi yang berperan dalam perubahan warna pada lukisan prasejarah. Penelitian itu dilakukan Ilmi di bawah bimbingan Prof Dr Ismunandar Prof Dr Djulia Onggo, Dr Pindi Setiawan, dan Dr Grandprix Thomryes Marth Kadja.

Penelitian ini dipublikasikan dalam bentuk disertasi yang berjudul “Aspek Kimia pada Diskolorasi Gambar Cadas Maros-Pangkep dan Lembata”. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui komposisi pigmen warna yang digunakan dan menentukan strategi konservasi untuk lukisan purba.

“Pembimbing kedua Dr Pindi Setiawan MSi meninggal dunia satu bulan setelah ujian disertasi saya. Itu menjadi pengalaman menyedihkan selama studi S3. Semoga saya dapat meneruskan cita-cita beliau untuk meneliti lukisan prasejarah di Indonesia,” ujarnya.

Fokus penelitian tersebut juga berhasil mengantarkan Ilmi untuk menjadi pembicara pada European Synchrotron Radiation Facility (ESRF) di Grenoble tahun 2020 lalu. Dalam acara tersebut Ilmi mempresentasikan hasil penelitiannya terkait analisis sifat fisikokimia pigmen gambar cadas di Situs Karim, Sangkulirang, Kalimantan Timur.

Peran Ilmi dalam ESRF 2020 membuahkan kerja sama sehingga dia diberikan kesempatan untuk mengirimkan sampel ke ESRF untuk dianalisis lebih lanjut. Hal ini tentu merupakan pengalaman sangat berharga mengingat ESRF fasilitas penelitian ternama di Eropa.

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut