Miris, Bocah di Dusun Mati Kuningan Putus Sekolah lantaran Harus Jalan 4 Km Setiap Hari

KUNINGAN, iNews.id - Seorang bocah di Dusun Cigerut Kulon, Desa Cipakem, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan, harus berjalan kaki ke sekolah sejauh 4 kilometer setiap hari. Karena merasa kecapean, bocah itu pun memutuskan untuk berhenti bersekolah.
Orang tuanya selama ini memilih tetap bertahan dan tinggal di Dusun Cigarut yang kini sudah tak berpenghuni dan sering disebut 'dusun mati'. Alasannya, karena keterbatasan ekonomi sehingga tak pindah ke lokasi dekat sekolah anaknya seperti warga lainnya.
Terpantau kondisi jalan menuju Dusun Cigerut Kulon dibiarkan rusak. Dusun tersebut sudah ditinggalkan penghuninya pascapergerakan tanah yang terjadi pada tahun 2018 silam.
Jalan ke desa itu hanya bisa dilalui dengan sepeda motor. Itu pun harus mengendarai dengan ekstra hati-hati karena jalanan sudah rusak berat. Ditambah melewati jembatan kayu yang juga telah lapuk.
Di Dusun Cigerut Kulon ini, puluhan rumah dan satu masjid kondisinya sudah sangat memprihatinkan karena ditinggalkan pemiliknya. Rumah-rumah yang ada rusak dan sekelilingnya ditumbuhi rumput dan semak belukar, sehingga semakin menambah keangkeran di dusun mati tersebut.
Namun demikian, hingga kini masih ada beberapa keluarga tetap bertahan untuk tetap tinggal. Padahal Pemkab Kuningan telah menyediakan rumah di tempat relokasi korban bencana pergerakan tanah itu.
Salah satu keluarga yang tetap bertahan, yakni keluarga Kang Maman yang terdiri dari istrinya bernama Intan dan dua anak perempuannya, Shelma (14) serta Shela (6).
Kang Maman mengaku awalnya dirinya sempat menempati rumah yang ada tempat relokasi. Namun karena faktor ekonomi, dirinya bersama keluarga akhirnya memilih untuk tetap bertahan dan tinggal di Dusun Cigerut Kulon. Meski tanpa tetangga dan aliran listrik karena semua warga sudah pindah ke tempat relokasi.
Saat ini anak Kang Maman yang bernama Shelma memutuskan untuk tidak sekolah lantaran jarak yang cukup jauh ke sekolah. Dia harus jalan kaki melewati kawasan hutan yang sepi. Shelma pun mengaku sangat capek untuk jalan kaki berangkat dan pulang sekolah yang jaraknya 4 kilometer.
"Ya sekolahnya harus jalan kaki dengan jarak yang cukup jauh," kata Shelma.
Sementara di Dusun Cigerut yang nyaris tak berpenghuni ini yang tersedia dan lancar hanyalah jaringan air bersih dari sumber mata air di perbukitan. Namun, jaringan listrik sudah putus sejak bencana pergerakan tanah terjadi.
Untuk mendapatkan sumber listrik warga yang tinggal di Dusun Cigerut memasang panel listrik tenaga surya yang digunakan untuk penerangan ala kadarnya, termasuk untuk mengisi daya handphone.
Sedangkan Kang Maman saat ini selain mengurus perkebunan kopi dan cengkeh yang masih ada juga memelihara ternak sapi. Dari hasil penggemukan sapi dan juga dikembangbiakan, inilah yang dilakukan Kang Maman untuk menopang kehidupan sehari-hari.
Editor: Asep Supiandi