get app
inews
Aa Text
Read Next : Usai Bermalam di Indramayu, 32 Biksu Thailand Kembali Jalan Kaki ke Candi Borobudur 

Mengulik Sejarah Perahu Kuno dari Abad ke-17 di Tirtamaya Indramayu

Sabtu, 20 Mei 2023 - 14:56:00 WIB
Mengulik Sejarah Perahu Kuno dari Abad ke-17 di Tirtamaya Indramayu
Perahu kuno dari abad ke-17 yang disimpan di objek wisata Pantai Tirtamaya, Indramayu. (FOTO: ANDRIAN SUPENDI)

INDRAMAYU, iNews.id - Sebuah perahu kuno yang diperkirakan dari abad ke-17 masehi ditemukan di objek wisata Pantai Tirtamaya, Desa Juntikedokan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu. Perahu itu memiliki panjang sekitar 11,5 meter, lebar 3 meter, dan tinggi 1,5 meter.  

Saat ini, perahu kuno tersebut ditempatkan di ruang semacam aula dengan dinding tembok permanen di lokasi objek wisata Pantai Tirtamaya.

Penjaga Cagar Budaya Perahu Kuno Kamira mengatakan, perahu kuno itu ditemukan tanpa sengaja oleh warga Desa Lombang, Kecamatan Juntinyuat pada kedalaman 3 meter saat menggali tanah untuk membuat sumur.

Kemudian, kata Kamira, pada 1 Februari 1992, dilakukan pengangkatan atau pemindahan perahu ke lokasi objek wisata Tirtamaya atau sekitar 300 meter dari lokasi penemuan.

"Selain perahu kuno, ditemukan pula pecahan keramik asing dan lokal, lidi, ijuk, dan tulang-tulang hewan diduga berjenis kerbau," kata Penjaga Cagar Budaya Perahu Kuno, Sabtu (20/5/2023).

Kamira menyatakan, perahu kuno yang saat ini menjadi cagar budaya di Kabupaten Indramayu itu berbahan dasar kayu trembesi dan beberapa bagian terbuat dari besi.

Berdasarkan struktur dan konstruksinya, ujar Kamira, perahu tersebut tergolong ke dalam tipe lokal yang sudah dikenal luas oleh masyarakat setempat. 

Dia menyebut, bahwa penggunaan galaran menjadi indikasi bahwa perahu tersebut merupakan jenis perahu angkutan, bukan perahu nelayan.

"Karena di lingkungan pesisir Indramayu perahu nelayan tidak memakai galaran, melainkan hanya memakai satu lapis papan saja," ujar Kamira.

Dapat dikatakan, tutur Kamira, perahu kuno ini bukan perahu tradisional Asia Tenggara. Namun dilihat dari struktur, konstruksi, dan cara pengerjaannya, perahu kuno itu memiliki ciri paduan antara tradisi Asia Tenggara dan China.

"Salah satunya terlihat dalam penggunaan paku besi sebagai penyambung papan dengan gading-gading. Paduan tradisi ini dikenal dengan sebutan tradisi Laut Cina Selatan," tutur dia.

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut