Mengapa Bung Karno Pilih Proklamasi Kemerdekaan RI Tanggal 17 Agustus? Ini Alasannya
JAKARTA, iNews.id – Bangsa Indonesia akan merayakan HUT ke-77 Kemerdekaan, Rabu (17/8/2022). Proklamasi Kemerdekaan RI tersebut dilakukan tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan hari Jumat 9 Ramadhan 1364 H. Lalu, mengapa Bung Karno memilih proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus?
Dilansir dari laman setneg.go.id, dua hari menjelang proklamasi tepatnya tanggal 15 Agustus 1945, sekitar pukul 22.00 WIB, ada perdebatan seru di kediaman Presiden Soekarno (Bung Karno) Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Saat itu, sekelompok pemuda adu arugmen dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan sebagaimana dilukiskan Lasmidjah Hardi (1984:58); Ahmad Soebardjo (1978:85-87) sebagai berikut: "Sekarang Bung, sekarang…! malam ini juga kita kobarkan revolusi…! kata Chaerul Saleh dengan meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang..."
“Kita harus segera merebut kekuasaan ! tukas Sukarni berapi-api. Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan.
Bung Hatta kemudian memperingatkan Wikana. Dengan lirih, setelah amarahnya mereda, Soekarno berkata: kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu? Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan? Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri . Demikian jawab Bung Karno dengan tenang.
Para pemuda, tetap menuntut agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan. Mereka kemudian menculik Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945 ke Rengasdengklok, Karawang.
Bung Karno yang didesak untuk segera memproklamasikan kemerdekaan kemudian berbicara kepada para pemuda yang menculiknya. Dengan suara rendah, Bung Karno berbicara: “Yang paling penting di dalam peperangan dan revolusi adalah saatnya yang tepat. Saya seorang yang percaya pada mistik. Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku.
Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik. Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadhan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita. tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al-Quran diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia.
Editor: Kastolani Marzuki