get app
inews
Aa Text
Read Next : Miris, Nenek 70 Tahun Sebatang Kara di Subang Tinggal dalam Gubuk Nyaris Ambruk

Mak Altih Nenek Berusia 120 Tahun di Subang Masih Giat Cari Rongsok, Dedi Mulyadi Takjub

Senin, 06 Juni 2022 - 16:14:00 WIB
Mak Altih Nenek Berusia 120 Tahun di Subang Masih Giat Cari Rongsok, Dedi Mulyadi Takjub
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mencium tangan Mak Altih yang telah berusia 120 tahun tetapi tetap semangat mencari rongsok. (FOTO: ISTIMEWA)

SUBANG, iNews.id - Meski berusia lebih dari satu abad Mak Altih masih getol keliling kampung untuk mencari rongsokan berupa botol dan kardus bekas untuk dijual kembali ke pengepul. Bukan karena butuh uang, Mak Altih masih berkeliling karena selalu merasa kesal jika hanya berdiam diri di rumah.

Kemarin Kang Dedi Mulyadi tak sengaja bertemu dengan Mak Altih. Awalnya Dedi yang akan berkegiatan ke Jakarta dari dalam mobil melihat sosok seorang nenek sedang menyusuri jalan sambil membawa keresek merah bersisi botol bekas.

Mak bade ka mana (Mak mau ke mana?),” tanya Dedi dalam rilis yang diterima iNews.id.

Bade uih (Mau pulang),” jawab Mak Altih.

Hayu dianteurkeun. Hayu naik mobil saya (Ayo diantarkan. Ayo naik mobil saya)," ujar Kang Dedi.

Awalnya sang nenek segan untuk masuk ke dalam mobil. Setelah beberapa saat dia pun mau masuk ke dalam mobil dengan dibantu warga sekitar.

Di dalam mobil Mak Altih menceritakan jika usianya saat ini sudah 120 tahun. Mak Altih memiliki 12 anak dan kini tinggal di Desa Wantilan, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Subang, bersama anak bungsunya bernama Kartim.

Sontak hal itu pun membuat Kang Dedi kaget saat mendengar usia Mak Altih yang mencapai 120 tahun. Terlebih Mah Altih masih terlihat sehat bahkan pendengarannya masih baik.

Mak Altih juga masih ingat jalan menuju rumahnya. Hanya saja ia hanya ingat sampai depan gang, selebihnya ia mengandalkan tetangga atau orang yang dikenalnya untuk mengantar sampai depan rumah.

Sesampainya di depan gang ia langsung diantar oleh seorang pria dan seorang perempuan. Kedua orang tersebut sudah terbiasa diminta untuk mengantarkan Mak Altih sampai ke depan rumah.

“Iyeu teh bener 120 tahun? (Ini tuh bener 120 tahun),” tanya Dedi kepada wanita yang juga sudah berusia lanjut.

“Muhun, Pak. Saya wae ayeuna tos 80 tahun. Pas saya alit oge, mak mah tos rumah tangga. (Iya, Pak. Saya saja sekarang sudah 80 tahun. Waktu saya kecil Mak sudah berumah tangga),” tutur wanita tersebut.

Setelah beberapa saat berjalan sampailah Dedi di depan rumah Mak Altih. Benar saja di depan rumah sudah banyak kardus dan botol bekas yang dikumpulkan oleh Mak Altih.

“Anak mah sudah ngelarang begini, tapi Emak yang maksa. Gak kerasan kalau di rumah terus. Nanti ada yang beli (rongsokan). Mak mah gak pernah hargain (tidak menentukan harga), sedikasihnya saja,” kata Mak Altih.

Tak berselang lama anak bungsu Mak Altih bernama Kartim datang. Kartim tinggal bersebelahan dengan rumah Mak Altih dan kini berprofesi sebagai penjaga SMP.

Menurut Kartim, ibunya itu sudah berulang kali diminta berhenti untuk mencari rongsokan. Namun ibunya keukeuh (kukuh) keluar karena merasa tak kerasan selalu berada di rumah. “Paling sekarang dikumpulin. Nanti saya yang rapihin,” kata Kartim.

Hanya saja, kata Kartim, selalu khawatir jika melihat ibunya berkeliling kampung. Sebab ibunya selalu marah jika dibantu diseberangkan dan ingin melakukannya sendiri.

Kang Dedi Mulyadi menilai sebaiknya orang tua seperti Mak Altih lebih baik dibebaskan. Sebab jika dikekang dan diminta untuk terus berdiam diri di rumah, justru akan sakit.

“Gak apa-apa, karena sudah terbiasa sejak muda bekerja kalau disuruh diam terus di rumah malah nantinya sakit. Yang penting sekarang Mak Altih sehat terus,” ujar Kang Dedi.

Selain takjub dengan usianya yang sudah mencapai 120 tahun tapi tetap semangat bekerja, Dedi juga terkesan dengan prinsip dan pola hidup Mak Altih yang tak memiliki pantangan dalam makan dan minum.

Nu penting ulah leungit anu lima (Yang penting jangan hilang yang lima). Subuh, lohor (Zuhur), Ashar, Magrib, Isya,” ucap Mak Altih.

Setelah beberapa saat berbincang Kang Dedi pun memberikan uang ratusan ribu rupiah karena sudah janji akan membeli botol bekas yang baru saja didapat Mak Altih. 

Tak disangka Mak Altih malah memberikan uang tersebut ke anaknya. “Sieun, loba teuing (takut, terlalu banyak),” ucapnya.

Sebelum berpisah Kang Dedi Mulyadi mengantarkan Mak Altih hingga ke bangku yang biasa menjadi tempat duduknya di depan rumah. Dia pun duduk bersimpuh dan sungkem kepada Mak Altih.

Pokokna mah mak sing cageur, sing jagjag terus (pokoknya mak sehat terus),” pungkas Kang Dedi Mulyadi.

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut