Kopi Gununghalu KBB Jadi Incaran Tengkulak, Kerap Paksa Petani Jual Komoditas
BANDUNG BARAT, iNews.id - Tingginya permintaan kopi produksi Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat (KBB), membuat komoditas yang memiliki citarasa khas ini banyak diburu konsumen. Bukan hanya itu, para tengkulak dari luar daerah juga ikut memburunya sehingga membuat harga kopi melambung tinggi.
Mereka biasanya datang pada musim panen tiba dan mengiming-imingi para petani agar mau menjual kopi masih dalam bentuk ceri ke pengepul, bukannya ke koperasi. Akibatnya harga menjadi tinggi, namun petani tidak bisa menjaga kelangsungan pertanian kopinya kedepannya.
"Dari sekitar 60 petani yang tergabung dalam koperasi Halu Farm, hanya 15 petani saja yang mengirimkan hasil panen ke koperasi. Sementara sisanya banyak yang menjual ke tengkulak," salah seorang petani kopi Gununghalu Rani (43) saat ditemui belum lama ini.
Menurutnya koperasi sudah menyiapkan skema ekonomi yang menguntungkan bagi para petani. Seperti terkait biaya bibit, pupuk, dan yang lainnya. Di satu sisi iming-iming tengkulak kopi ini justru akan merugikan petani pada jangka panjang, sebab petani akan kesulitan mendapat bibit dan pupuk.
Misalnya, mereka akan kesulitan mendapat bibit dan pupuk dengan harga terjangkau. Sehingga bisa saja pada panen kopi dimusim berikutnya hasil kopi jadi tidak maksimal dan proses produksi menjadi lebih mahal. Sedangkan tengkulak pasti tidak mau tahu kendala yang dihadapi para petani.
"Ya dalam jangka panjang jadi merugikan petani karena mereka merasa untung menjual harga tinggi, padahal rugi karena kesulitan mendapat bibit dan pupuk," katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, sebagai petani sekaligus prosesor biji kopi, Rani dengan 60 petani yang tergabung dalam koperasi Halu Farm mencoba menyajikan kualitas kopi Gununghalu dengan cita rasa dan aroma yang khas. Alhasil permintaan pasar dari timur tengah dan Amerika juga cukup tinggi.
"Untuk panen tahun ini kita akan memenuhi permintaan ekspor ke Middle East sebanyak 19 ton kopi green bean. Berikutnya baru menggarap pasar Amerika," ucapnya.
Editor: Asep Supiandi