get app
inews
Aa Text
Read Next : 1.000 Liter Biosolar dan Pertalite Dipasok, Distribusi BBM Jangkau Kawasan Terisolasi di Aceh

Kisah Perwira Pertamina EP Subang Field di Lapangan Gas Terbesar Jawa Barat

Senin, 07 Oktober 2024 - 14:53:00 WIB
Kisah Perwira Pertamina EP Subang Field di Lapangan Gas Terbesar Jawa Barat
Didit Ramadany, Senior Supervisor Pertamina EP Subang Field. (Foto: Yudy Heryawan).

SUBANG, iNews.id - Pertamina EP Subang Field sebagai bagian dari Pertamina Subholding Upstream Regional 2 Zona 7 memiliki beberapa wilayah Stasiun Pengumpulan (SP), salah satunya SP Subang. SP Subang merupakan penghasil gas terbesar di Jawa Barat dengan produksi 86 standar kaki kubik gas bumi per hari (MMSCFD). 

Di balik angka besar ini, ada kerja keras para perwira yang berdedikasi penuh dalam menjaga kelancaran operasional, salah satunya Didit Ramadany, seorang Senior Supervisor yang telah mengabdi selama 17 tahun di Pertamina.

Didit Ramadany memulai kariernya di Pertamina pada 2007 dan sejak itu telah berkeliling dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Dalam 17 tahun masa kerjanya, Didit telah mengalami banyak perubahan dan tantangan. 

"Saya dari awal masuk 2007 sampai sekarang itu sekitar 17 tahun. Empat kali pindah, alhamdulillah waktu saya penempatan pertama itu di Kaltim itu keluarga saya bawa karena jauh. Di Kaltim Saya pindah dua kali dari Sangatta habis itu Semberah, setelah itu saya pindah ke Kalsel di Pertamina EP Tanjung, di situ saya hampir 3,5 tahun. Setelah itu baru pindah lagi ke Pertamina EP Subang," cerita Didit kepada iNews.id, Senin (7/10/2024). 

Dia mengungkapkan, pekerjaannya di bagian Production Operation menuntut untuk selalu waspada dan bekerja dengan disiplin tinggi. 

"Kita itu di fungsi production operation, jadi yang menerima semua produksi liquid dari sumur. Jadi suka dukanya ya kita beroperasi 24 jam, kita harus menjaga keberlanjutan produksi sumur kita untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," ucapnya.

Gas dari SP Subang disalurkan ke industri-industri di Jawa Barat serta ke PLN untuk pembangkit listrik. Sementara minyak bumi yang diproduksi dikirim ke Balongan untuk diolah menjadi bahan bakar.

Bekerja di area yang bertekanan tinggi dan mudah terbakar memerlukan penerapan protokol keselamatan yang ketat. Didit sangat menekankan pentingnya safety dalam setiap langkah operasional. 

"Kita ini kan bekerja di area yang bertekanan, terus mudah terbakar dan dampaknya ketika kita teledor atau tidak memenuhi safety itu dampaknya itu akan luar biasa, di samping fatality untuk meninggalnya pekerjanya, habis itu fasilitas pasti akan berdampak makanya kenapa kita safety itu sangat diterapkan di area kita," ucapnya.

Dia mencontohkan kecil tentang penggunaan pakaian overall atau pakaian kerja yang dirancang khusus. "Contohnya kenapa sih kita pakai baju kerja itu nyambung gini, itu tujuannya ketika terjadi apa-apa dan kita harus dievakuasi kita itu nariknya sekali tarik langsung dapat. Jadi kalau dengan overall ini itu akan tertarik semua," katanya. 

Selain itu, helm merupakan perlengkapan wajib lainnya. "Kenapa harus pakai helm, untuk menghindari drop objek itu kan bisa terjadi di mana aja. Tubuh manusia itu enggak ada sparepartnya, makanya itu harus dilindungi," ucapnya. 

Meskipun pekerjaan ini penuh dengan tantangan, Didit merasa semuanya bisa diatasi dengan baik berkat manajemen yang sudah termonitor dengan sistematis. 

"Kesulitannya tidak ada karena semuanya itu udah termanage dengan baik, jadi sistemnya itu memang sudah diberikan pelatihan operator gitu jadi semuanya terkondisikan dengan baik," katanya.

Editor: Kurnia Illahi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut