Kisah Lembaga Les Jadi Sekolah Berspesifikasi di Cimahi, Biasakan Murid Berbahasa Inggris
CIMAHI, iNews.id - Berawal dari tempat kursus Bahasa Inggris pada tahun 2000-an, di Jalan Sadarmanah RT 01/02, Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, kini jadi sekolah berspesifikasi khusus. Siswa diharuskan berkomunikasi menggunakab bahasa Inggris setiap hari.
Di era saat ini, konsep seperti itu tentunya menjadi daya tarik tersendiri. Bahkan lembaga pendidikan dengan keahlian khusus kini banyak bermunculan dengan menawarkan berbagai program studi.
Bahkan pamornya bisa melebihi sekolah di bawah naungan pemerintah karena memiliki jumlah siswa yang banyak.
Seperti Sekolah Kreatif Harapan Bangsa (SKHB) yang dirintis sejak Cimahi masih berstatus kota administratif (kotif).
Bahkan di awal rintisan, lembaga les yang berubah menjadi sekolah ini, tidak diawali dengan murid kelas satu. Tapi dari kelas tiga dengan jumlah siswa hanya empat orang.
"Dulunya ini adalah tempat les Bahasa Inggris. Didirikan sekitar tahun 2000-an dengan murid empat orang dan terus berkembang sampai sekarang," kata Kepala SKHB Ade Muharam.
SKHB awalnya mengusung visi religi, namun seiring dengan banyak warga sekolah dari berbagai latar belakang agama, suku, dan ras yang beragam, SKHB kini lebih mengedepankan visi keanekaragaman yang berpedoman pada Pancasila. Visi misi sekolah lebih umum dan nasional.
Pembeda antara SKHB dengan sekolah lainnya ada pada kualitas Bahasa Inggris. Pembelajaran Bahasa Inggris yang diterapkan dalam aktivitas keseharian menjadi hal yang baru bagi para siswa, khususnya di SKHB.
Mereka dibiasakan untuk berkomunikasi dengan Bahasa Inggris, termasuk dari hal-hal kecil seperti berdoa dan yang lainnya.
Metode pembelajaran Bahasa Inggris ini disesuaikan dengan tingkatan kelas. Misalnya untuk kelas 1 dan 2 diterapkan metode pembelajaran dasar-dasar Bahasa Inggris, seperti abjad.
Kemudian akan terus ditingkatkan dengan berbagai metode dan materi yang sesuai dengan tingkat dan kemampuan para siswa.
"Seiring dengan berjalannya waktu dengan ciri khasnya yang mengedepankan Bahasa Inggris, siswa di SKHB kian bertambah. Bahkan setelah lulus banyak dari siswa kami yang jadi siswa unggulan karena kemampuan Bahasa Inggrisnya," ujar Ade Muharam.
Selain itu, di SKHB para guru yang harus bisa beradaptasi dan menyesuaikan dengan karakter murid. Sebab hal itu perlu dilakukan agar pemahaman pembelajaran yang diberikan bisa mudah diterima para siswa.
Harapannya, baik siswa maupun pengajar bisa berbagi pengalaman terkait dengan karakteristik budaya dari masing-masing daerah.
"Jadi secara tidak langsung mereka bisa saling mengedukasi dan memperkenalkan budayanya masing-masing," tutur dia.
Editor: Agus Warsudi