get app
inews
Aa Text
Read Next : Observatorium Bosscha Berusia 100 Tahun, Gubernur: Jaga Cagar Budaya Sains Ini

Kilas Balik Perjalanan 100 Tahun Observatorium Bosscha di Lembang KBB

Selasa, 31 Januari 2023 - 07:36:00 WIB
Kilas Balik Perjalanan 100 Tahun Observatorium Bosscha di Lembang KBB
Observatorium Bosscha (kubah putih) di Lembang, KBB, saat baru berdiri pada 1923 silam. (FOTO: ISTIMEWA/ITB.ac.id)

BANDUNG BARAT, iNews.id - Observatorium Bosscha di Jalan Peneropongan Bintang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) telah berusia 100 tahun. Stasiun pengamatan bintang, benda-benda langit, dan fenomena luar angkasa ini berdiri pada 1 Januari 1923.

Pembangunannya diprakarsai oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Asosiasi Astronomi Hindia-Belanda yang dibentuk pada 1920.

Proyek pembangunan Observatorium Bosscha dibiayai Karel Albert Rudolf Bosscha, seorang pengusaha perkebunan teh di Malabar, Bandung. Karel Bosscha memiliki ketertarikan terhadap astronomi dan sains.

Setelah berdiri dilengkapi dengan teleskop tercanggih pada masa itu, Observatorium Bosscha menjadi observatorium astronomi modern pertama di Asia Tenggara.

Dr Karel A van der Hucht, astronom Belanda yang menjabat Sekretaris Jenderal dari International Astronomical Union periode 2006-2009, hadir dalam perhelatan peringatan hari jadi 100 tahun Observatorium Bosscha, Senin (30/1/2023). 

Dalam presentasi berjudul “The Early History of The Observatorium Bosscha 1921-2939”, Dr Karel memaparkan sejarah awal berdirinya Observatorium Bosscha.

Dr Karel mengatakan, Observatorium Bosscha memiliki karakteristik unik karena letaknya dekat dengan ekuator sehingga dapat mengamati kedua belahan bumi bagian utara dan selatan.

Berdasarkan sejarah, kata Dr Karel, terdapat fakta, observatorium pertama di Pulau Jawa dibangun sekitar 1760 oleh Pendeta Johan Mohr dari sebuah gereja Portugis di Glodok, Batavia. 

"Dalam observatoriumnya itu, Johan Mohr berhasil mengamati transit Venus pada 1761 dan 1769 ketika Batavia berada sejalur dengan kedua fenomena tersebut," kata Dr Karel Hucht dikutip dari ITB.ac.id, Selasa (31/1/2023). 

Namun sangat disayangkan, tidak ada yang melanjutkan dan mewarisi semua pekerjaan yang dilakukan oleh Johan Mohr sehingga observatorium tersebut menghilang dan perkembangan ilmu astronomi pun terhenti cukup lama hingga Observatorium Bosscha berdiri di Lembang, KBB, Jawa Barat pada 1 Januari 1923.

Observatorium Bosscha memiliki kaitan sangat erat dengan perkembangan budaya teh di Priangan dimulai 1824 oleh beberapa keluarga Belanda di antaranya adalah van der Hucht, Holle, Kerkhoven, dan Bosscha.

Observatorium Bosscha saat pertama digunakan pada 1 Januari 1923. (FOTO: ISTIMEWA/ITB.ac.id)
Observatorium Bosscha saat pertama digunakan pada 1 Januari 1923. (FOTO: ISTIMEWA/ITB.ac.id)

Keluarga pengusaha perkebunan seperti Karel Bosscha dan Rudolf Kerkhoven memiliki ketertarikan dalam bidang ilmiah, terutama astronomi. Dengan ketertarikan tersebut, mereka memutuskan untuk mendirikan salah satu observatorium astronomi terbaik di belahan bumi selatan. 

Untuk mendukung gagasan didirikannya observatorium ini, Bosscha dan Kerkhoven membentuk Asosiasi Astronomi Hindia-Belanda di Bandung atau NISV.

Kemudian, pada 12 September 1920, mereka mulai merekrut patron, orang terpelajar, dan politikus berpengaruh sebagai anggota asosiasi dengan posisi Karel Bosscha sebagai ketua dan Kerkhoven sebagai sekretaris. 

Tujuan dari asosiasi ini adalah untuk membangun dan memelihara observatorium astronomi di Hindia Belanda dan untuk mempromosikan ilmu astronomi.

Pada pertemuan dengan para pendiri asosiasi, Karel Bosscha menyampaikan akan mendanai pengadaan teleskop yang panjang fokusnya sekitar tujuh meter.

Selain itu, Rudolf Kerkhoven juga akan mendonasikan pendulum richter astronomi, refraktor Zeiss, dan mendanai pengadaan teleskop meridian-jarak yang besar.

Pada 3 Desember 1920, anggota NISV sepakat mengabadikan nama fisikawan Belanda, Johannes Bosscha, ayah dari Karel Bosscha, sebagai nama observatorium itu. Setelah ombservatorium berdiri diberi nama Observatorium Bosscha. 

Lembang yang berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan terletak 40 km di utara Bandung, tepat di selatan Gunung Tangkuban Parahu dipilih sebagai lokasi untuk pembangunan observatorium.

Proses konstruksi gedung pertama observatorium berjalan lancar sehingga pada 1 Januari 1923 dengan dihadiri oleh Gubernur Jenderal Fock, observatorium ini resmi dibuka.

Saat observatorium mulai beroperasi, pengelola mendapat warisan perpustakaan astronomi pribadi milik Prof van de Sande Bakhuyzen yang merupakan seorang direktur di Observatorium Leiden.

Setelah itu, secara bertahap, dilakukan pengadaan alat. Seperti refraktor ganda dan alat-alat lain, termasuk pengadaan patung dari Bosscha yang dianggap telah memberikan banyak kontribusi untuk Hindia-Belanda dalam bidang astronomi.

Meskipun perkembangannya relatif cepat, di tahun-tahun awal berdirinya, observatorium ini tidak mampu menghasilkan banyak pencapaian astronomi karena kurangnya personel lingkungan observatorium ini.

Pada 26 November tahun 1928, Karel Bosscha meninggal dunia di perkebunan teh miliknya di daerah Malabar, Bandung. Posisi ketua asosiasi digantikan oleh Rudolf Kerkhoven hingga dia pensiun pada 1935.

“Semoga semua direktur dan pegawai dapat merayakan peringatan seratus tahun Observatorium Bosscha dengan baik dan semoga sukses selalu untuk mempromosikan astronomi di Indonesia,” ucap Dr Karel van der Hucht, saat mengakhiri presentasinya di acara peringatan 100 tahun berdirinya Bosscha.

Kini, Observatorium Bosscha dikelola oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak 1950. Selain sebagai pusat kajian fenomena astronomi, Observatorium Bosscha juga menjadi destinasi wisata ilmu pengetahuan.

Pada waktu-waktu tertentu, terutama musim libur sekolah, Observatorium Bosscha banyak dikunjungi para pelajar. Di sini mereka mendapatkan wawasan tentang astronomi dan fenomena-fenomena luar angkasa yang pernah dan akan terjadi.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil menggunakan teropong di Observatorium Bosscha saat peringatan 100 tahun. (FOTO: ISTIMEWA/ITB.ac.id)
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menggunakan teropong di Observatorium Bosscha saat peringatan 100 tahun. (FOTO: ISTIMEWA/ITB.ac.id)

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut