Keren, Sampah Waduk Saguling KBB Diolah Jadi Briket dan Pelet
BANDUNG BARAT, iNews.id - PT Indonesia Power (IP) Saguling POMU memanfaatkan sampah di Waduk Saguling untuk diolah menjadi briket dan pelet. Untuk menyulap sampah jadi briket dan pelet itu, PT IP Saguling menggunakan Biomass Operating System of Saguling (BOSS) di Jalan Raya Pembangunan, Desa/Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Manager Sipil dan Lingkungan PT IP Saguling POMU Novi Haryanto mengatakan, pengolahan sampah di BOSS menjadi bahan bakar briket dan pelet itu terinspirasi dari IP Bali yang mengubah sampah dan gulma menjadi produk berdayaguna dan bisa dimanfaatkan masyarakat.
"BOSS ini adalah pilot project yang diinisiasi sejak 2019. Ide awalnya memanfaatkan sampah dan gulma, seperti eceng gondok, yang selama ini masuk ke Saguling dan dibersihkan setiap tahun," kata Novi Haryanto, Sabtu (26/3/2022).
Menurut Novi Haryanto, briket atau pelet bisa dipakai sebagai bahan bakar rumah tangga dan juga untuk pembangkit listrik, karena ada mesin diesel yang bahan bakunya memakai briket. Hal itu sudah diujicobakan di PLTU Lontar Tangerang, PLTU Suralaya, Cilegon Banten, dan PLTU Pelabuan Ratu, yang diharapkan bisa menghemat bahan bakar.
Berdasarkan hasil kajian, ujar Novi Haryanto, di Waduk Saguling terdapat sekitar 23 jenis sampah baik organik maupun anorganik. Namun yang paling mendominasi seperti sampah plastik, kayu, karet, kayu lapuk, batok kelapa, eceng gondok, dan yang lainnya.
Jika dibiarkan sampah-sampah itu tentunya akan mengganggu kepada operasional mesin pembangkit listrik. "Luas Saguling itu sekitar 6.200 hektare dan sekitar 97 hektare-nya dipenuhi eceng gondok. Jika diasumsikan tinggi eceng gondok rata-rata 0,8 meter, maka dengan luasan tadi, terdapat sekitar 760.000 ton eceng gondok di Waduk Saguling yang harus dibersihkan secara kontinyu," ujarnya.
Novi Haryanto menuturkan, pengolahan sampah menjadi briket dan pelet dengan teknologi BOSS menggunakan mesin pencacah dan mixer. Awalnya sampah dipilah organik dan anorganik lalu disimpan di tempat khusus untuk proses fermentasi. Yakni dengan ditambahkan bioaktifator agar proses pembusukannya tidak menimbulkan bau.
Setelah berproses selama tujuh hari, kemudian dilakukan pencacahan secara halus dan kasar dengan besaran tertentu. Lalu menghasilkan tepung biomasa organik dan anorganik. Berikutnya dicampurkan lagi dengan perbandingan komposisi 50:50 sehingga dapat menghasilkan briket dengan kandungan 3.600 kilokalori.
"Kami baru coba mengenalkan produk ini ke masyarakat, kalau bisa diterima maka ke depan produksinya akan ditingkatkan. Selain briket, pelet, ke depan sampah yang diolah bisa jadi pakan ternak dan pupuk," tutur Novi Haryanto.
Editor: Agus Warsudi