Jenderal TNI Gatot Nurmantyo Provokasi Mahasiswa Unisba
BANDUNG, iNews.id – Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menilai perubahan gaya hidup yang terjadi di masa depan akan menjadi ancaman setiap negara di dunia. Kehadirannya di Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) memprovokasi seluruh mahasiswa untuk menjadi pejuang, ilmuwan, dan sadar terhadap perubahan di masa depan.
“Saya ke sini hanya jadi provokasi saja agar memiliki jiwa dan semangat untuk menuntut ilmu. Jangan hanya satu ilmu saja,” kata Gatot usai memberikan orasi ilmiah berjudul “Memahami Ancaman, Menyadari Jari Diri Modal Mewujudkan Indonesia Menjadi Bangsa Pemenang” di Kampus Unisba, Jalan Taman Sari, Sabtu (18/11/2017).
Dia menyebutkan, berdasarkan teori Thomas Robert Malthus dan Peak Oil Theory menyebutkan, pertumbuhan penduduk di dunia akan menjadi ancaman bagi setiap negara. Pertumbuhan penduduk di dunia akan mempengaruhi ketahanan pangan dan bisa menyebabkan berkurangnya makanan untuk kebutuhan per orang.
“Dalam teori Malthus menyebutkan, jumlah penduduk meningkat seperti rumus deret ukur sedangkan ketersediaan makanan meningkat seperti deret hitung. Teori Malthus diperkuat oleh seorang pakar statistik bernama Laurence Smith yang menyatakan pertumbuhan penduduk di dunia semakin pesat,” ujar dia.
Gatot menyebutkan, saat ini jumlah penduduk di dunia mencapai 7,5 miliar jiwa. Dalam 24 tahun ke depan, diperkirakan jumlah penduduk akan bertambah menjadi 12 miliar. Ancaman bagi sebuah negara pun bukan lagi persoalan kebutuhan energi semata. Kebutuhan terhadap ketahanan pangan, perekonomian, dan sumber daya alam akan menjadi perang masa depan.
“Tadinya perang itu karena kebutuhan energi. Sekarang, ancaman perang berubah menjadi perang ekonomi dalam hal ini ketahanan pangan dan sumber daya alamnya. Indonesia menjadi salah satu target negara lain karena Indonesia salah satu negara yang berada di wilayah ekuator dengan segala sumber kekayaan alamnya,” papar Gatot.
Dalam orasinya, Panglima membeberkan berbagai macam bentuk serangan atau kekacauan sebuah negara dalam berupaya merebut kebutuhan pangan. Indonesia jangan sampai diperalat oleh pihak ketiga dalam masalah ini. "Jangan mau dihancurkan. Pada 2020, kita akan memiliki 130 juta atau sekitar 69% manusia produktif yang bisa membangun perekonomian bangsa. Namun, jumlah ini harus dipenuhi dengan syarat mendapatkan pendidikan yang berkualitas agar generasi muda ini bisa mempertahankan negara Indonesia,” pungkas dia.
Editor: Maria Christina