get app
inews
Aa Text
Read Next : Viral Guru ASN di Pangandaran Dipungli dan Diintimidasi hingga Mengundurkan Diri

Ini Isi Curhat Guru ASN di Pangandaran Mundur setelah Dipungli dan Diintimidasi

Rabu, 10 Mei 2023 - 13:30:00 WIB
Ini Isi Curhat Guru ASN di Pangandaran Mundur setelah Dipungli dan Diintimidasi
Husein Al Rafsanjani, guru ASN di Pangandaran yang mengundurkan diri karena dipungli dan diintimidasi. (FOTO: ERVAN DAVID)

BANDUNG, iNews.id - Husein Ali Rafsanjani, guru berstatus aparatur sipil negara (ASN) viral setelah curah di media sosial (medsos) lantaran jadi korban pungutuan liar (pungli). Pemuda asal Kota Bandung itu memilih mundur dari ASN karena diintimidasi.

Berdasarkan pantauan medsos, Husein Ali Rafsanjani mengenakan kaus hijau dan kaca mata. Dia tampak tenang saat curhat.

"Assalamualaikum warrahmatullih wabbarakatuh, saya Husein, minta maaf kalau memang jadi perhatian banyak orang.

Cuman saya mau ngejelasin detailnya ya kenapa saya berani speak up (bicara). Kenapa saya bisa berani untuk mengundurkan diri.

Awalnya tu, waktu latsar 2020 (latihan dasar calon pegawai negeri sipil/CPNS), setelah kita menerima surat tugas dengan detail anggaran yang sudah dibiayakan oleh negara, tiba-tiba H min seminggu, kita disuruh bayar uang transpor.

Yang bikin jengkelnya tu, ikut gak ikut sama rombongan, kalau saya kan naik motor dari Pangandaran ke Bandung. Ada juga kan orang yang gak bisa ikut karena lagi hamil atau lagi sakit, itu juga bayar.

Makanya bagi saya jengkel aja gitu. Terus waktu lagi latsar, tiba-tiba ditagih lagi uang sebesar Rp350.000."

"Ya, walaupun under (di bawah) sejuta lah (Rp1 juta), bagi beberapa orang bukan seberapa. Tapi bagi kita ni agak berpengaruh gitu.

Apalagi waktu itu tu, gaji selama tiga bulan belum dibayar. Benar-benar belum dibayar, lagi dirapel katanya. O ya udah. Tapi kan jadi berat banget gitu.

Sampai saya tuh nagih tuh, saya bilang, saya gak ada uang banget. Sampai kasih screen shot isi rekening saya.

Gak ada. Di-500.000 aja gak ada di rekening waktu itu. Jadi saya lapor aja di lapor.go.id. Saya kasih cantumannya. Saya kasih screen shot penagihannya. Saya kasih bukti transfernya.

Di situ (lapor.go.id) dengan kata-kata yang baik, dengan kata-kata yang saya pikirkan bersama teman-teman saya.

Gak lama dari laporan saya kiri. Dicari, tiba-tiba dicari siapa yang lapor. Karena banyak yang dituding, kasihan, saya gak mau ngerugiin orang, saya ngaku aja bahwa itu saya yang ngelapor.

Dari situ ditelepon untuk menghadap ke Kantor BKPSDM Pangandaran di Jalan Parigi. Itu tuh suasananya kaya gimana ya."

"HP disuruh ditaruh di depan. Terus, suasannya gak enak lah. Saya dikepung 12 orang. Saya di tengah, dilingkarin gitu. 

Terus ditanya-tanya kan. Kenapa saya ngelapor. Saya bilang, ya karena saya keberatan. Saya nggak bisa bayar uang yang saya nggak tahu ini uang untuk apa. Urgensinya apa.

Terus mereka beralibi bahwa sebenarnya uangnya ada, cuman direfocusing untuk Covid (penanganan pandemi Covid-19).

Tapi ini maaf ya, kan saya walaupun masih mudah saya kan maaf nih, saya kan gak goblok. Saya gini-gini juga sarjana satu saya teh. Nggak bisa kalau uang negara tuh, kalau perpindahan dana tuh pasti ada suratnya.

Saya minta lah surat perpindahan dananya mana bu biar saya laporan untuk nurunin laporan sebelumnya. Masuk akal.

Mereka bilang, beralasan lagi. Nah sebenarnya uangnya gak ada. Jadi karena kamu karena latsarnya kamu waktu awal online, tiba-tiba di-offline-kan, jadi dananya belum disiapkan dari awal. 

Lah ko jadi beda sama argumen sebelumnya. Saya gak akan nyebut nama orang nya ya. Karena sampai sekarang saya belum ada dikontak sama pihak Pangandaran."

"Setelah itu, di sidang lah. Ada 6 jam kali saya di kantor, disidang. Disuruh nurunin. Diancem dipecat. Nah ini diancam dipecat juga lucu sih.

Kamu kalau laporan ini gak diturunkan, bisa dipecat karena bisa dianggap merusak nama baik instansi. Saya bilang dengan polosnya karena saya waktu itu masih umur 24 apa 25 gitu.

Ya udah pak, saya minta surat pemecatannya hari ini juga. Dari itu mereka bingung aja. Mereka jadi pada ngancem ya.

Ngomong ke temen CPNS di-1 sekolah. Harusnya diawasi. Misalnya gini-gini. Jadi ngerugiin banyak orang, saya jadi nggak nyaman kan.

Sekolah saya didatengin. Dicari masalahnya ada apa. Padahal baik-baik aja sekolah saya. Jadi saya merasa dirugiin gitu.

Diancamnya ke orang lain. Saya nggak bisa tuh kalau ngancam ke saya, saya nggak masalah. Cuman kalau ngancam ke orang lain. itu beratlah bagi saya.

Dari situ dipanggil lagi minggu depannya lagi untuk nurunin laporan. Ya udah lah saya capek karena banyak yang dirugiin."

"Saya nurunin laporan. Sampai bulan Maret 2022 itu tuh ada kasus lagi di instansi itu. Katanya ada CPNS yang ngambil uang kas. Tapi proses persidangannya nggak kayak saya gitu. 

Saya disidang, kayak saya tuh koruptor gitu. Kayak saya tuh pembunuh gitu. Segitunya. Saya nggak bisa nerangis secara detail ya.

Tapi kok yang jelas-jelas ngambil uang kas ini nggak ada sidang kayak saya. Nggak ada rame-rame kayak saya.

Saya tuh dulu ya, waktu saya ngelaporin tuh dibilang di grup kabupaten itu, kalau husein nggak nurunin laporan SK (PNS) satu kabupaten nggak akan turun.

Semua nyerang saya. Pasti semua nyerang saya. Karena mereka nggak tahu masalahnya. Cuman tahunya kalau Husein nggak nurunin laporan, SK nggak akan turun. Semua nyerang saya.

Saya pun jadi beban akhirnya nurunin lah. Di bulan Maret itu karena ada orang yang ngambil uang kas itu, saya merasa sakit hati karena kok beda perlakuannya."

"Dari situ saya cabut ke Bandung. Sampai Bandung, setahun saya nunggu surat pemecatan nggak keluar-keluar, ya udah saya memutuskan untuk mengundurkan diri aja.

Berat sih, orang tua juga berat. Ibu saya nangis-nangis. Ayah saya juga bingung harus ngomong apa. Cuman ya, mudah-mudahan ada rezeki lain.

Saya memohon banget ya, untuk Pemerintah Pangandaran, udahlah orang-orang yang kayak gitu jangan dipakai terus gitu.

Masak mau kayak gitu terus sih. Udah tahun 2023 ini teh. Masak saya harus nyembah-nyembah biar nggak ada lagi kejadian kayak gitu. Biar nggak ada lagi orang-orang kayak gitu malu. Itu aja sih paling yang bisa saya sampaikan. 

Terima kasih banyak untuk atensi orang-orang di warganet."

Husein, ditemui di rumahnya di Kota Bandung, mengatakan, sejak disidang, dia sudah tidak berkenan untuk mengabdikan diri di Kabupaten Pangandaran sebagai guru. Sebab, rasa aman dan nyaman tidak ada. 

"Jadi saya pikir lebih baik pulang lah daripada jauh-jauh ke luar kota tapi rasanya kaya bukan di rumah gitu," kata Husein.

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut