Ini Asal Usul Nanggala, Nama Kapal Selam yang Karam di Laut Utara Bali
BANDUNG, iNews.id - Kapal selam KRI Nanggala 402, beberapa hari terakhir menjadi buah bibir dan memenuhi ruang berita masyarakat. Kapal perang milik Indonesia itu karam di laut utara Bali dan 53 awaknya gugur sebagai kusuma bangsa.
Di balik peristiwa itu, tahukah Anda arti dan asal usul nama Nanggala? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kemendikbud, Nanggala berarti senjata yang digunakan dengan cara digenggam, berbentuk bulat dan kedua sisinya runcing, terbuat dari kayu, merupakan senjata Prabu Maladewa dalam cerita pewayangan.
Lalu mengapa cerita pewayangan menjadikan banyak peralatan perang milik Indonesia menggunakan nama-nama dari tokoh pewayangan? Seperti diketahui, berabad-abad silam, penduduk Indonesia mayoritas memeluk agama Hindu yang dibawa para pendeta dari India.
Cerita Ramayana, Baratayudha, dan legenda-legenda yang terkait dengan Hindu pun turut mewarnai khasanah budaya kita. Bahasa Sansekerta juga termasuk di dalamnya.
Jangan heran jika semboyan atau motto dari sebuah kesatuan militer menggunakan bahasas Sansekerta. Begitu juga peralatan tempur Indonesia, tak sedikit yang menggunakan nama-nama dari epos Ramayana dan Baratayudha.
Nah, salah satu peralatan perang milik Indonesia yang menggunakan nama dari epos Baratayudha itu adalah KRI Nanggala 402. Nanggala merupakan nama pusaka sakti milik Baladewa, putra Raja Mandura Basudewa dan permaisuri Dewi Mahenda.
Selain pusaka Nanggala berupa mata bajak, Baladewa juga memiliki pusaka kedua Alugara berbentuk gada. Kedua pusaka itu diperoleh Baladewa dari Dewa Brahma setelah merampungkan tapa dan belajar agama di Gunung Argasonya. Konon, saking saktinya, pusaka Nanggala mampu membelah gunung.
Sementara dikutip dari Wikipedia, KRI Nanggala 402 juga dikenal sebagai Nanggala II, merupakan kapal selam kedua dalam kelas Cakra. KRI Nanggala berada di bawah kendali Satuan Kapal Selam Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim).
Kapal ini merupakan kapal kedua yang menyandang nama Nanggala dalam jajaran TNI AL dan termasuk dalam armada pemukul TNI Angkatan Laut. Kapal selam sebelumnya yang juga menyandang nama Nanggala adalah KRI Nanggala S-02.
KRI Nanggala dipesan oleh pemerintah Republik Indonesia pada 2 April 1977. Pembuatan KRI Nanggala merupakan bagian dari pinjaman senilai 625 juta dolar Amerika Serikat dari Jerman kepada Indonesia.
Sebesar 100 juta dolar AS dari pinjaman tersebut digunakan untuk membuat KRI Nanggala dan KRI Cakra. Kapal ini didesain oleh Ingenieurkontor di Kota Lübeck, dibuat oleh Howaldtswerke, Kiel, dan dijual oleh perusahaan Ferrostaal di Essen.
Pembuatan kapal dimulai pada Maret 1978 dan diserahkan kepada pemerintah Indonesia pada 6 Juli 1981. KRI Nanggala 402 pertama kali ditunjukkan ke masyarakat umum pada hari ulang tahun ke-36 TNI pada 5 Oktober 1981 dan diresmikan penggunaannya oleh Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal TNI Mohammad Jusuf pada 21 Oktober 1981 di Dermaga Ujung Surabaya.
KRI Nanggala pernah melakukan perbaikan di Howaldtswerke dan selesai pada 1989. Sekitar dua dekade kemudian, kapal selam ini kembali menjalani perbaikan penuh dengan biaya 63.7 juta Dolar Amerika Serikata selama dua tahun di Korea Selatan.
Perbaikan dilakukan oleh Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) dan selesai pada Februari 2012. Pada perbaikan ini, sebagian struktur atas kapal diganti dan sistem persenjataan, sonar, radar, kendali tempur, dan propulsi dimutakhirkan.
Setelah perbaikan, KRI Nanggala mampu menembakkan empat torpedo secara bersamaan menuju empat target yang berbeda dan meluncurkan misil antikapal seperti Exocet atau Harpoon.
Selain itu, kedalaman selamnya bertambah menjadi 257 meter (843 ft) dan kelajuan maksimum dinaikkan dari 21,5 knot atau 39,8 km per jam menjadi 25 knot atau 46 km perjam. Sekitar lima tahun kemudian, KRI Nanggala dilengkapi dengan sistem echosounder KULAÇ buatan ASELSAN.
KRI Nanggala-402 hilang kontak pada Rabu, 21 April 2021 saat melakukan latihan penembakan torpedo di laut Bali. Saat itu, kapal selam ini membawa 53 awak. KRI Nanggala kemudian dinyatakan tenggelam pada Sabtu 24 April 2021.
Editor: Agus Warsudi