get app
inews
Aa Text
Read Next : Habib Bahar Klaim Sadarkan Sejumlah Napi Teroris Kembali ke Pangkuan NKRI

Di Sidang Kasus Penganiayaan, Habib Bahar Ngaku Cucu ke-29 Nabi Muhammad 

Selasa, 18 Mei 2021 - 17:35:00 WIB
Di Sidang Kasus Penganiayaan, Habib Bahar Ngaku Cucu ke-29 Nabi Muhammad 
Habib Bahar Smith. (Foto: Istimewa/Dokumentasi)

BANDUNG, iNews.id - Habib Bahar bin Smith melontarkan pernyataan mengejutkan di persidangan perkara penganiayaan yang menjeratnya di Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Jalan RE Martadinata, Kota Bandung, Selasa (18/5/2021). Penceramah ini mengaku sebagai cucu ke-29 Nabi Muhammad SAW.

Habib Bahar yang berada di Lapas Gunung Sindur, Bogor, mengikuti sidang dengan agenda pemeriksaan terdakwa, melalui video conference. Sedangkan ketua majelis hakim Surachmat, anggota majelis hakim, tim jaksa penuntut umum (JPU), dan pengacara di PN Bandung.

"Saya cucu Nabi Muhammad ke-29. Saya punya kakek (Ali Bin Abi Thalib), beliau dibunuh ketika salat ditusuk dan ditikam dari belakang. Ketika ditikam dari belakang apakah beliau bilang ke anak-anaknya, wahai anakku bunuh dan kejar dia balas dia? Apakah beliau berkata seperti itu? Tidak. Beliau bilang kalau nanti aku mati beri dia perlindungan sebagaimana perlindungan yang sudah diberikan kepada aku, beri dia makanan sebagaimana makanan yang diberikan kepadaku. Itu adab kakek kami apabila dihina pribadi," kata Habib Bahar. 

Pernyataan ini dilontarkan Habib Bahar sebagai alasan kenapa dia memukuli korban Andriansyah, sopir taksi online pada 4 September 2018 silam. Saat itu Habib Bahar emosi lantaran mendapatkan pengaduan bahwa istrinya digoda oleh korban Andriansyah. 

"Kakek kami mengajarkan itu.  Jadi, kalau saya yang mulia, kalau urusan pribadi, saya rela saya rida. Tapi kalau sudah urusan bangsa, urusan rakyat, urusan agama, urusan keluarga, maka saya tidak akan tinggal diam yang mulia," ujarnya.

"Lebih baik saya yang hancur, asalkan NKRI hidup. Biarkan saya yang hancur asalkan Islam tetap jaya. Biarkan saya mati dan binasa asalkan NKRI, agama Islam, dan keluarga tetap hidup. Biarkan saya yang lapar asalkan yang lain tetap kenyang. Itu saya," tutur Habib Bahar.

Bahar kembali melontarkan alasannya sehingga melakukan penganiayaan. "Saya cinta dan mencari mati untuk membela bangsa agama dan negara kesatuan Republik Indonesia, jadi ini terkait dengan harga diri istri saya yang mulia," ucap Bahar.

Mendengar keterangan Habib Bahar yang panjang lebar itu, ketua majelis hakim Surachmat kembali menegaskan, dengan alasan itu, jadi boleh melakukan pemukulan?

Habib Bahar kembali menjelaskan panjang lebar. "Bukan (bukan boleh memukuli orang). Jadi kalau kita bicara hukum agama di dalam kitab Markotus, ada satu hadis nabi yang berbunyi, di situ hadis, yakni "Barang siapa, yang di mana orang itu mengintip-ngintip isi rumah orang, mengintip-ngintip dengan mencari tahu bagaimana istrinya dan anaknya cantik, barangnya bagus. Mengintip saja tanpa izin pemilik rumah, maka sang pemilik rumah halal mencolok kedua matanya dan si pemilik rumah yang mencolok itu dia tidak dikenai hukuman, itu kalau kita berbicara Islam. Mengintip atau masuk ke rumah saja, sang pemilik rumah halal mencolok kedua matanya. Apalagi menggoda istri yang punya rumah apalagi menggoda istri yang punya rumah. Sebenarnya, ini tidak perlu juga masalah agama tapi siapapun pasti emosi ketika mendengar istrinya digoda yang mulia," tegas Bahar.

Kemudian majelis hakim membacakan kisah tentang Nabi Muhammad SAW dilempar kotoran unta dan diludahi, dan dihina oleh orang Yahudi. 

"Tapi, ketika orang Yahudi itu tidak ada lagi, suatu saat nabi melintas di situ, ke mana orang Yahudi yang menghina? Ternyata orang ini lagi sakit. Rasul meminta ke sahabat, tolong antar saya, dia bawa roti dan dikasihkan pada orang yang meludahi dia, itu kebaikan yang pernah saya dengar, apakah habib pernah tau kalau Rasulullah ini pernah melakukan kekerasan terhadap orang?" ujar Surachmat.

Habib Bahar menanggapi kisah yang dibacakan majelis hakim. "Baik yang mulia (majelis hakim). Mohon izin menjelaskan. Yang mulia, Rasulullah, beliau itu diutus bukan membuat orang bodoh menjadi pintar, bukan bikin orang miskin jadi kaya tapi bikin orang yang tidak berakhlak menjadi berakhlak dan tidak beradab menjadi beradab. Jadi Nabi Muhammad datang membawa kasih sayang dan cinta, membawa adab dan akhlak. Jadi yang diceritakan yang mulia tadi itu benar, itu ada di dalam kitab," ucap Bahar.

Bahar melanjutkan, "Mungkin saya koreksi sedikit. Yang dibawa bukan roti tetapi buah yang mulia. Nabi Muhammad diludahi dan dilempari kotoran unta tapi ketika orang itu tidak ada, itu benar nabi cari, mencarinya, kemudian mendatangi dan menjenguk. Orang itu berkata wahai Muhammad apakah engkau sengaja datang kemari membunuhku karena melihatku dalam keadaan lemah? Kemudian Nabi Muhammad berkata, tidak bahwa saya datang kemari ingin menjengukmu dan mendoakan agar kau lekas sembuh, ini buah kubawakan untukmu dan semoga engkau cepat sembuh."

"Kemudian orang Yahudi itu berkata, sanak saudara ku belum melihatku tapi engkau orang yang selalu kulempari kotoran tetapi engkau yang datang melihatku. Saksikanlah, bahwasanya aku masuk ke dalam agama Islam," ujar Bahar.

Habib Bahar menjelaskan bahwa, itu masalah pribadi Rasulullah. Nabi Muhammad, beliau masalah pribadi beliau dihina dan dicaci dimaki dan dilempari kotoran unta, beliau diam. 

"Tetapi kalau selain daripada urusan pribadi, beliau tidak pernah diam. Ada yang mengaku nabi palsu dibunuh oleh beliau, dibunuh yang mulia dan itu bukan hanya zaman nabi," tutur Habib Bahar lagi.

Di zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq, kata Bahar, beliau pernah menyuruh memotong tangan perempuan yang pernah menghina Rasulullah. Di zaman Sayyidina Umar bin Khattab pernah membunuh orang yang mengina Rasulullah.

"Jadi, Rasulullah selama masalah pribadi beliau memaafkan dan tidak pernah mempermasalahkan. Saya yang mulia, saya buka di sini, berapa banyak orang yang mencaci maki saya, saya tidak pernah membalas dengan cacian dan makian," kata Bahar.

Lantaran diberi kesempatan untuk bicara, Bahar semakin panjang lebar melontarkan pernyataan. "Bahkan sampai-sampai barusan yang mulia, ada di Singkawang, ada orang yang menghina saya dan di media sosial dia hina saya kemudian dilaporkan. Saya bikin surat yang mulia, saya bikin surat untuk saya mohon kepada majelis hakim Singkawang untuk membebaskan yang sudah menghina saya karena saya sudah memaafkan dia dan dia tidak memiliki salah kepada saya karena saya sudah memaafkan siapapun yang menghina pribadi saya asalkan tidak menghina agama saya," ujarnya.

"Kedua, di Bogor itu kasus yang ditangani oleh Bu Anita, jaksa. Nah, ibu Anita pernah menangani kasus seorang perempuan yang dilaporkan oleh anak-anak saya. Saya gak tau yang mulia," tutur Bahar. 

"Dia dilaporkan karena menghina saya di media sosial. Akhirnya saya bikin surat pernyataan bahwasanya saya tidak rela atau tidak rida kalau wanita itu ditahan. Saya minta tolong perempuan wanita itu dibebaskan dan kalaupun diadili mohon divonis bebas. Itu saya yang mulia dan itu bisa ditanyakan kepada jaksa Bu Anita dan bisa ditanyakan ke korban," ungkap dia.

"Dan banyak lagi orang yang menghina saya, yang mau diburu sama anak saya, saya yang marah. Kalau pribadi saya ga papa, saya Ridha tapi mohon maaf kalau saya sudah urusan agama, urusan istri saya, urusan ibu saya, urusan saudara perempuan saya, saya tidak bisa yang mulia. Tapi kalau pribadi saya dihina dan dicaci insya Allah, kakek kami mengajarkan itu," tandas Bahar.

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut