get app
inews
Aa Text
Read Next : Pelajar SDN di Purwakarta Ciptakan Pestisida Alami dari Limbah Kulit Bawang

Dedi Mulyadi Mediasi Warga Jatiluhur Purwakarta dan Pabrik terkait Limbah, Ini Hasilnya

Selasa, 13 September 2022 - 10:00:00 WIB
Dedi Mulyadi Mediasi Warga Jatiluhur Purwakarta dan Pabrik terkait Limbah, Ini Hasilnya
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi memediasi warga Jatiluhur, Purwakarta dengan perusahaan Indorama terkait masalah limbah pabrik. (FOTO: ISTIMEWA)

PURWAKARTA, iNews.id - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi memediasi warga dan perusahaan Indorama terkait masalah kebocoran limbah pabrik yang menyebabkan bau sangat menyengat dan mencemari sungai.

Mediasi di PT Indorama Synthetics pada Senin (12/9/2022) dihadiri perwakilan warga dari Desa Kembang Kuning dan Bunder, Kecamatan Jatiluhur yang terdampak limbah. Selain itu turut hadir perwakilan perusahaan, Ali.

Dalam mediasi tersebut warga menuntut perusahaan agar memberi jaminan hidup yang baik dan sehat. Sebab, saat ini warga di dua desa tersebut mencium bau menyengat seperti kentut yang diduga berasal dari pabrik.

“Sekarang sudah dua bulan berturut-turut bau. Tolong beri kami jaminan karena masyarakat dilindungi oleh undang-undang berhak mendapatkan hidup yang baik dan sehat,” ujar warga.

Warga lain, Taufik menyatakan, dulu saat Kang Dedi, sapaan akrab Dedi Mulyadi, menjabat sebagai Bupati Purwakarta sempat terjadi hal serupa. Namun dengan cepat perusahaan bisa menghilangkan bau tersebut dan memberikan solusi nyata bagi warga.

“Tapi begitu Kang Dedi sudah tidak jadi bupati bau itu ada lagi dan bahkan lebih parah, menyengat. Sampai sekarang bahkan ada yang sampai sesak. Kami ingin mencari solusi. Apalagi kok zaman Kang Dedi jadi bupati kok bisa gak bau,” ujar Taufik.

Sementara itu, pihak perusahaan yang diwakili salah seorang direksi bernama Ali memastikan Indorama akan transparan terkait pencemaran limbah. Salah satunya dengan mengundang warga untuk mediasi.

Dari hasil investigasi internal, Taufik menyebut terjadi kebocoran karena salah satu instalasi terputus. Selain itu ada tutup pipa yang hilang diduga dicuri, sehingga terjadi bau yang sangat menyengat.

“Mengenai bau kita akui. Ini salah kami, kami akui. Kebocoran itu mengakibatkan bau diam di satu tempat sehingga ketika ada angin maka terbawa, kalau ada air besar itu terbawa oleh arus,” kata Ali.

“Saya tidak menyalahkan pihak lain, tapi kami menemukan fakta pipa dipotong, tapi itu tetap tanggung jawab kami. Kemudian tutup pipa dicopot hilang sehingga terbuka,” ujar Ali.

Terkait hal tersebut Kang Dedi menilai ada dua hal yang harus dimediasikan, yakni, kepentingan warga dan perusahaan. Pertama, perusahaan sudah membayar pajak besar kepada negara. Sehingga sudah seharusnya negara menerjemahkan dengan membangun berbagai infrastruktur lingkungan.

Salah satunya dengan memberikan prioritas kesehatan bagi warga yang hidup berdampingan dengan pabrik. Misal, di kecamatan yang tak memiliki potensi pencemaran cukup disiapkan satu dokter. 

Selain itu, jumlah dokter di daerah pencemaran harus ditambah empat hingga lima orang. “Negara harus hadir menyelesaikan itu,” ujarnya.

Kedua, ujar Kang Dedi, perusahaan harus membuka data dan informasi terkait permasalahan limbah. “Asumsi di masyarakat kalau hujan perusahaan buang limbah. Ini harus diluruskan benar atau tidak. Kemudian persepsi limbah sudah dibuang saat hujan, jadinya bau. Ini harus dijelaskan,” tutur Kang Dedi.

Menjawab pertanyaan warga terkait saat dia menjabat sebagai Bupati Purwakarta tak pernah ada bau, Kang Dedi mengatakan, perlu pengelolaan tepat sehingga perusahaan harus bisa menjelaskannya secara ilmiah.

“Apa sih yang menjadi problem kok tiba-tiba bau lagi. Harus ada aspek yang dijelaskan. Kalau soal kimia itu dulu ada, tapi kok sekarang tetap bau. Ini teknis yang harus dijelaskan kenapa delapan tahun lalu gak bau kok sekarang bau lagi. Ini kenapa?” ucap Kang Dedi.

Terakhir, Kang Dedi menitipkan pesan kepada warga dan tokoh masyarakat bahwa problem limbah tidak bisa ditukar dengan beras atau sembako lainnya. Sebab problem limbah harus diselesaikan secara ilmiah.

Kang Dedi mengaku tak setuju jika setiap ada peristiwa kebocoran limbah atau lainnya ditandai dengan pembagian sembako. Sebab hal itu akan membentuk persepsi masyarakat yang ketergantungan bahkan berharap terjadi kebocoran agar mendapatkan bantuan dari perusahaan.

“Andai kata perusahaan akan membagikan, ya bagikan saja pada yang memang tidak mampu. Jangan sampai nanti orang gak dapat-dapat sembako berdoa mudah-mudahan bau. Dalam pandangan saya perusahaan tidak perlu karena perusahaan telah bayar pajak dan CSR, tetapi di Indonesia perusahaanya baik masih memberikan bantuan,” ucap Dedi.

“Sehingga permintaan kita saat ini problem segera ditemukan, persoalannya dulu 8 tahun ke belakang tidak ada (bau), ini harus dicari solusinya. Kuncinya pada tata kelola limbah,” ujarnya.

Di akhir mediasi, Kang Dedi menelepon Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk melakukan pemeriksaan terhadap kadar air dan udara terkait pencemaran yang terjadi di Indorama.

“Nanti diumumkan pada publik bahwa ini ada masalah atau tidak. Kalau masih ada masalah ayo kita perbaiki, kalau tidak ada masalah tidak boleh dipermasalahkan. Sehingga nanti omongannya berbasis penelitian bukan sekadar cerita,” tutur Kang Dedi.

Dari hasil mediasi tersebut Kang Dedi Mulyadi memastikan perusahaan segera menangani masalah kebocoran tersebut dengan membangun kawasan wisata edukasi di Sungai Cikembang. 

Salah satu fungsi taman tersebut adalah menjamin kualitas dan mutu air sungai. “PT Indorama juga akan membangun jalan senilai Rp 9 miliar untuk mendukung kenyamanan transportasi warga,” ucapnya.

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut