get app
inews
Aa Text
Read Next : 17.216 Calon Mahasiswa Ikut UTBK di Kampus ITB dan 6 SMA Negeri Kota Bandung

ChatGPT Algoritma di Balik Kecerdasan Buatan, Ini Penjelasan Dosen ITB

Rabu, 17 Mei 2023 - 13:57:00 WIB
ChatGPT Algoritma di Balik Kecerdasan Buatan, Ini Penjelasan Dosen ITB
ChatGPT, algoritma tengah berkembang terkait kecerdasan buatan (AI). (FOTO: ISTIMEWA)

BANDUNG, iNews.id - Beberapa tahun terakhir, dunia kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah maju pesat. Salah satu pencapaian terbaru yang menarik perhatian adalah pengembangan model bahasa alami yang canggih bernama ChatGPT. 

Model yang dikembangkan oleh OpenAI telah mendapatkan popularitas besar karena kemampuan berinteraksi secara alami dengan pengguna.

“ChatGPT adalah salah satu aplikasi artificial intelligence, lebih tepatnya di bidang natural language processing.  Di dalamnya memanfaatkan Pre-trained Generative Large Language Model," kata Dr Eng Ayu Purwarianti ST MT dosen Kelompok Keahlian Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB.

"Ini (ChatGP) merupakan suatu model Artificial Intelligence yang awalnya dibangun dari data unsupervised,” ujar Head of Artificial Intelligence Center at ITB ini dikutip dari ITB.ac.id.

Dr Ayu menuturkankan, salah satu teknik dalam artificial intelligence adalah machine learning. Jika membangun suatu model AI dengan machine learning, harus menyediakan data. 

Data itu dimasukkan ke dalam algoritma machine learning dan menghasilkan sebuah model AI. Machine learning akan mempelajari pola di dalam data. 

"Data ini juga memiliki jenis yang bermacam-macam, pembagiannya dapat berupa data supervised dan data unsupervised," ujar Dr Ayu. 

Jadi, tutur Dr Ayu, data supervised harus diberikan penambahan label data secara manual. Sebagai contoh data pada media sosial (medsos) akan secara manual diberikan label positif, negatif atau netral oleh seorang data annotator.

Meskipun saat ini sudah ada jenis data semi-supervised yang pemberian labelnya secara otomatis dan nanti akan dicek kembali. 

Berbeda dengan data unsupervised, yang tidak perlu ada label data dan kedua jenis data ini memiliki tugas yang berbeda.

“Hal yang menarik adalah Pre-trained Generative Large Language Model dibangun secara unsupervised. Jadi ChatGPT itu mengumpulkan semua data dokumen di internet, termasuk source code digabungkan tanpa diberikan label. Semua data dimasukkan ke dalam algoritma deep learning GPT,” tutur dia.

Dr Ayu mengatakan, ChatGPT menggunakan teknik generative yang dibangun dari data triliunan kalimat. Kemudian dimasukkan ke dalam deep learning. 

Ketika memberikan input pertanyaan, ChatGPT akan memberikan jawaban sebenarnya hasil karangan yang di-generate per kata. 

Namun karena sumber data yang sangat banyak sehingga karangannya pun sebagian besar benar.

Ketika kalimat dari data yang sangat banyak itu masuk kedalam algoritma deep learning, ChatGPT sama sekali tidak menyimpan pengetahuan. 

Yang dilakukan adalah mengatur bobot di deep learning sehingga sebenarnya di dalam modelnya tersebut secara implisit tersimpan hubungan antarkata.

ChatGPT telah memberikan kontribusi signifikan dalam memperluas penggunaan kecerdasan buatan dalam percakapan sehari-hari. 

Dengan kemajuan teknologi ini diharapkan dapat lebih bijak menyikapi pemanfaatan ChatGPT, dan konsekuensi yang mengiringinya.

“Melalui penjelasan ini kita menjadi tahu konsekuensinya untuk tidak terlalu percaya terhadap hasil dari ChatGPT karena pada dasarnya dia (ChatGPT) ngarang,” ucap Dr Ayu.

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut