get app
inews
Aa Text
Read Next : Cerita Rakyat Bandung Asal Usul Nama Braga, Tempat Nongkrong sejak Era Kolonial

Cerita Rakyat Rancadarah Purwakarta, Tragedi Perlawanan Pekerja Perkebunan Teh Wanayasa

Rabu, 15 Desember 2021 - 07:45:00 WIB
Cerita Rakyat Rancadarah Purwakarta, Tragedi Perlawanan Pekerja Perkebunan Teh Wanayasa
Tanjakan Pasirpanjang lokasi Rancadarah yang melegenda di Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. (Foto: ISTIMEWA)

PURWAKARTA, Inews.id – Cerita Rakyat Rancadarah Purwakarta akan menambah pengetahuan Anda tentang Purwakarta. Rancadarah adalah salah satu tempat melenggenda di Purwakarta karena menyimpan peristiwa mengerikan pada masa lalu. 

Ranca berasal dari Bahasa Sunda yang berarti rawa. Rancadarah berarti Rawadarah. Dilansir dari purwakartakab.go.id, dikisahkan pada era kolonial Belanda pada 1710, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau Persekutuan Dagang Hindia Timur menjadikan Wanayasa, Purwakarta sebagai perkebunan teh. 

Perkebunan teh dengan luas meliputi seluruh wilayah Wanayasa ini mempekerjakan orang-orang dari daratan China. Mereka bermukim di kaki Gunung Burangrang yang sekarang dikenal dengan nama Pasir Cina. Pengurus kebun teh milik VOC tersebut Sheper Leau. Kala itu, teh Wanayasa terkenal dengan nama teh jawa.

Dalam memimpin perkebunan teh tersebut, Sheper Leau menerapkan kebijakan tangan besi. Upah pekerja kerap tak dibayar dan menerapkan pungutan liar yang mencekik leher. Akibatnya, muncul perlawanan dari para pekerja perkebunan teh itu yang sebagian besar berasal dari Makao, China.

Pecahlah perlawanan selama dua 8 dan 9 Mei 1832. Terjadi kerusuhan besar-besaran di Wanayasa dan Purwakarta. Para pekerja membakar gedung-gedung dan bangunan pemerintah, yang baru dibangun oleh VOC Belanda. 

Mereka membumihanguskan gudang-gudang di Pelabuhan Cikao. Bupati Karawang Raden Adipati Suriawinata, meloloskan diri dari pendopo dan bersembunyi di loji Belanda di Kembangkuning. 

Kepala pengurus perkebunan teh Wanayasa Sheper Leau, dipukuli dan dilempari batu oleh para pekerja perkebunan teh sampai tewas. Mayat Sheper Leau dibuang ke hutan. Saat ini, hutan tempat mayat Sheper Leau dibuang itu dikenal dengan sebutan Hutan Ciperlaw. 

Lokasi tergeletaknya mayat Sheper Leau di Desa Cibeber, Kecamatan Kiarapedes diberi ciri dengan batu besar yang sampai sekarang dikenal dengan sebutan “Batu Tanceb”. 

Setelah membunuh Sheper Leau, perlawanan para pekerja perkebunan teh semakin besar. Pertempuran tak seimbang antara pekerja perkebunan teh dengan pasukan VOC pecah di tanjakan Pasirpanjang. 

Di jalan menanjak sepanjang 3 kilometer (km), kelompok pekerja perkebunan teh bertemu dengan pasukan VOC dari Purwakarta. Pertempuran antara para pekerja dengan pasukan VOC pun pecah. 

Para pekerja perkebunan teh mengggunakan senjata pedang golok dan balok kayu melawan pasukan VOC. Orang-orang pun mati mengenaskan tertembus peluru dan terkena tebasan parang. Pasukan VOC pun banyak yang tewas terkena sabetan senjata tajam.

Semua yang terlibat dalam pertemuan tumpas dan luka-luka. Mayat-mayat bergelimpangan, darah mengalir deras dari luka para korban, berceceran di mana-mana hingga sampai menyerupai rawa-rawa.

Mayat para korban dibuang ke sebuah lembah di sekitar Rancadarah. Untuk mendata dan mencatat korban, harus menggunakan sigay, yakni tangga bambu yang biasa dipergunakan untuk menyadap nira enau. Maka daerah itupun dinamai Legok Sigay. Sejak saat itu, tanjakan Pasirpanjang dikenal dengan sebutan Rancadarah alias Rawadarah.

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut