JAKARTA, iNews.id – Cerita Osid Rosid merantau dari Ciamis, Jawa Barat hingga sukses menjadi pengusaha tahu di Cipayung, Jakarta Timur penuh inspirasi.
Kesuksesan yang dicapai bapak dua anak tersebut ternyata tidak diraih dengan mudah. Banyak rintangan yang harus dihadapinya sebelum akhirnya mencapai kesuksesan.
Melihat Sentra Produksi Tahu di Cipayung yang Tumbuh Pesat Berkat Binaan BRI
Ditemui di kawasan sentra produksi tahu Cipayung, Osid menuturkan sebelum menjadi pengusaha tahu mulanya menjadi karyawan memproduksi tahu di daerah Utan Kayu, Jakarta Timur pada 1979.
Setelah tiga tahun menjadi karyawan pabrik tahu, Osid mulai merintis dengan memproduksi tahu sendiri dan menjualnya secara keliling pada 1982.
Peneliti Harvard University Apresiasi Peran BRI Dorong Inklusi Keuangan
Tidak banyak tahu yang diproduksi Osid di awal-awal merintis usahanya. Osid mengaku hanya bisa memproduksi 10-16 kg kedelai sebagai bahan baku utama tahu.
Osid pun menjajakan tahu produksinya secara keliling dengan mengayuh sepeda ke warung-warung maupun pasar.
Hadiri BRI Microfinance Outlook 2024, Menkeu Apresiasi Keberadaan AgenBRILink
Perjuangan Osid ternyata tidak mudah terlebih di awal-awal dia belum memiliki pelanggan. Namun, Osid tetap tak patah arang menjajakan tahu meski terkadang tidak habis terjual.
“Ya, habis produksi langsung saya jual keliling pakai sepeda. Waktu itu, memang belum punya pelanggan. Tapi, saya tetap berusaha. Intinya tekun. Alhamdulillah masih bisa bertahan sampai sekarang,” ungkap Osid ditemui iNews.id belum lama ini.
Ditawari Pinjaman BRI
Jalan kesuksesan Osid dimulai ketika tak sengaja bertemu pegawai BRI saat sedang menambal ban di bengkel motor Ciamis. Dia ditawari menjadi nasabah BRI untuk modal usaha.
Peluang itu tak disia-siakan, Osid pun langsung mengajukan kredit usaha lewat Simpedes. “Waktu itu tidak banya yang saya pinjam. Cuma Rp4 juta untuk modal. Lewat Simpedes,” ucapnya.
Setelah menjadi nasabah BRI, usaha tahu Osid mulai berkembang. Dia pun mulai melirik tempat lain untuk mengembangkan bisnis tahunya.
Osid kemudian memutuskan hijrah ke Duren Tiga dari Utan Kayu hingga kemudian memutuskan pindah ke Cipayung pada 2003. “Di sini (Cilangkap) dari 2003. Di sini tempatnya luas, setoran murah. Harga kedelainya juga agak miring,” kata Osid.
Sejak pindah ke Cipayung, produksi tahu Osid semakin berkembang hingga bisa memproduksi 3,5 kuintal kedelai per hari. Osid pun mempekerjakan enam karyawan termasuk kedua anaknya.
Tahu produksi Osid disuplai ke beberapa pelanggan tetapnya dan terkadang menjual sendiri ke Pasar Anyar Bahari.
Melihat usaha tahunya semakin berkembang, Osid pun mulai memberanikan diri untuk mengajukan kredit kembali ke BRI. Kali ini, nilai pinjamannya semakin besar hingga Rp280 juta.
“Sekarang alhamdulillah dipercaya sampai Rp280 juta oleh BRI. Masih tetap lewat Simpedes. Awalnya memang hanya Rp4 juta terus Rp7 juta dan Rp17 juta,” ungkap Osid.
Nyaris Kolaps Terdampak Covid-19
Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh dunia tak terkecuali Indonesia pada awal 2020 lalu memukul semua sektor usaha. Termasuk para perajin tahu.
Sebab saat itu, aktivitas masyarakat dibatasi hingga penjualan sepi dan merosot drastis. Mengatasi kondisi itu, Osid terpaksa memangka produksi tahu dan mengurangi jumlah karyawan.
“Turun drastis pas jamannya Covid-19. Produksinya berkurang sampai 50 persen,” kata Osid.
Di balik kesusahan yang dialaminya, ada angin segar yang diterima Osid. Sebab, BRI memberikan restrukturisasi kredit.
Setelah selamat dari badai Covid-19, Osid mencoba kembali bangkit dengan menggenjot produksi tahunya. Namun, kondisinya sudah berbeda karena banyak yang ikut memproduksi tahu.
“Waktu konsumennya masih banyak bisa produksi 3,5 kuintal (kedelai). Sekarang, turun hanya 2,5 kuintal kedelai,” ungkap Osid.
Meski demikian, Osid bersyukur bisnis tahunya masih bertahan dan banyak disukai pelanggan.
Osid mengaku kini sudah menghasilkan omzet hingga Rp180 juta per bulan dari produksi tahu. Angka itu belum dipotong pengeluaran per hari seperti untuk membeli kedelai, biaya produksi, setoran di pasar, hingga membayar 6 pekerjanya.
Osid kini memercayakan usaha tahu ke anak keduanya, Nani yang sehari-hari aktif menjalankan usaha tahu tersebut.
Osid mengaku saat ini fokus membuka usaha baru di Ciamis yakni budi daya ikan gurame dan ikan mas.
“Sekarang yang pegang anak. Saya balik lagi ke kampung. Saya lagi merintis tambak ikan gurame,” tutur Osid.
Anak kedua Osid, Nani menuturkan, ayahnya merupakan sosok pekerja keras dan ulet. “Bapak itu orangnya ulet nggak mau menyerah,” ucapnya.
Nani mengaku kini dipercaya untuk mengelola bisnis tahu. Dia pun mencoba terus mengembangkan bisnis tahu yang telah dirintis ayahnya.
“Terpenting jaga kualitas dan tetap layani pelanggan dengan baik. Sebab, sekarang banyak persaingan,” ucapnya.
Bina 3 Klaster UMKM
Kepala Kantor Unit Cipayung BRI Husnul Fuad mengatakan, ada tiga klaster usaha yang mendominasi pinjaman di unit kerjanya, yakni klaster tahu, klaster tempe, dan klaster bakso aci. “Klaster tahu menjadi yang paling besar dari tiga klaster tersebut,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, tiga klaster UMKM itu mayoritas sudah menjadi nasabah BRI dengan nilai pinjaman bervariasi mulai Rp2 juta hingga Rp280 juta.
“Paling besar nilai pinjamannya memang hanya Pak Osid ini. Kalau yang lain masih kecil,” ucapnya.
Selain memberikan pinjaman, kata dia, BRI juga memberikan pendampingan terhadap UMKM. "Di BRI itu ada UMKM naik kelas, ada pendampingan nasabah mulai dari produksi, packaging, sampai dengan proses cara pemasarannya,” kata Fuad.
Dia menambahkan, nilai pinjaman yang ditawarkan BRI kepada nasabah Kupedes ialah berkisar Rp500 ribu hingga Rp500 juta. Proses pengajuan terbilang mudah dan tak memakan waktu lama. Bunga pinjaman juga relatif kecil, yakni 0,6 persen per bulan.
Editor: Kastolani Marzuki