Cerita Mistis Batu Bleneng Cirebon, Ada Peran Orang Sakti Cegah Gunung Meletus
CIREBON, iNews.id - Siapa pun yang melintas ruas Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), terutama di Km 182 tentunya tidak asing dengan batu berukuran besar ini. Ya, itulah batu Bleneng yang hingga saat ini masih menyimpan misteri yang belum terungkap.
Cerita mistis pun kerap mewarnai batu Bleneng yang berada di atas ujung bukit Salam di Desa Walahar, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon. Bahkan, seringnya terjadi kecelakaan di sekitar itu kerap dikait-kaitkan dengan batu Bleneng.
Konon kabarnya, pada saat proyek pembangunan Tol Cipali, batu ini tidak bisa dipindahkan atau dihancurkan. Batu Bleneng tampak sangat kokoh, terutama bagi yang melintas di bawahnya, ditambah area di sekitar batu sudah dicor.
Cerita tentang Batu Bleneng itu juga cukup popular bagi warga sekitar. Bahkan seorang warga sekitar bernama Hadi menuturkan, pernah suatu ketika ada seorang pekerja jalan tol, yang tewas saat ditugaskan untuk menghancurkan Batu Bleneng menggunakan alat berat. Akibat dari kejadian tersebut, jalur jalan tol terpaksa dibelokkan.
"Dulu ada sopir backhoe yang meninggal dunia. Waktu itu dia disuruh untuk menghancurkannya (Batu Bleneng)," ujar Hadi yang pernah mencari bahan jamu tradisional di sekitar batu Bleneng.
Di bagian lain, menurut juru kunci batu Bleneng, nama batu ini berasal dari kata embel (lumpur) dan meneng (diam). Pada zaman dahulu, lokasi batu Bleneng merupakan gunung berapi yang akan meletus.
Di lokasi itu, ada dua lubang besar dan masing-masing hendak mengeluarkan muntahan dari perut bumi. Dari dua lubang tersebut, salah satunya adalah di Bukit Salam yang mengeluarkan lumpur atau dalam bahasa Cirebon disebut embel. Lumpur yang keluar tidak pernah berhenti sehingga membuat kawasan tersebut dan di bawahnya penuh dengan lumpur.
Melalui seseorang yang sakti dan memiliki kekuatan gaib, akhirnya lubang lumpur tersebut ditutup menggunakan batu besar agar lumpur tak keluar lagi atau dalam bahasa Cirebon disebut meneng atau diam. Jadilah batu itu kokoh berdiri sampai sekarang.
Sementara itu, bila ditinjau dari topografi jalan tol, kecelakaan yang terjadi selama ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Salah satunya akibat human error, yakni jalan yang lurus dan panjang menyebabkan pengemudi bisa tiba-tiba mengantuk.
Hal lain yang memungkinkan terjadinya kecelakaan adalah adanya tebing hasil dari pemotongan Gunung Salam dan mengapit jalan tol. Panjang masing-masing tebing sekitar 300 meter sedangkan puncak tebing tingginya sekitar 40 meter. Dari hasil pemotongan tersebut jalur tol berbentuk huruf S, yang membuat jalan jadi berkelok dan menanjak.
Sehingga diimbau bagi para pengemudi yang melintasi jalur ini, agar selalu berhati-hati dan tidak mengemudi dalam keadaan lelah, atau mengantuk. Selain itu juga tidak mengemudi dalam kecepatan di atas rata-rata.
Editor: Asep Supiandi