Cerita Mencekam Korban Banjir Bandang di Cirebon, Air Nyaris Menyentuh Atap Rumah
CIREBON, iNews.id – Banjir bandang yang menerjang 24 desa di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menyisakan cerita pilu bagi warga terdampak bencana. Sebagian korban banjir bandang harus kehilangan rumah hingga harus mengungsi ke rumah saudara maupun ke tempat pengunsgian.
Pantauan di lokasi, bencana yang dipicu hujan deras itu mengakibatkan 20 rumah di kompleks Perumahan Taman Anggrek, Desa Kabarepan, Kecamatan Plumbon, rusak dan ambruk hingga rata tanah.
Korban banjir bandang, Elisa Saraswati menuturkan, peristiwa mencekam ini terjadi pada Rabu dini hari saat warga tengah beristirahat. Berdasarkan rekaman video amatir, banjir bandang setinggi hampir dua meter menerjang pemukiman dengan arus yang sangat deras.
Air yang datang dari area persawahan di sekitar kompleks langsung menghantam dan menjebol bagian depan serta belakang rumah warga. Kecepatan air membuat warga tak memiliki waktu untuk menyelamatkan harta benda mereka.
"Kami tidak menyangka air datang secepat itu. Awalnya banjir di wilayah Sumber, tiba-tiba langsung menghantam kompleks kami yang lokasinya rendah. Ketinggiannya nyaris menyentuh atap, perabotan porak-poranda semua," ujar Elisa Saraswati, Rabu (24/12/2025).
Banjir kali ini disebut sebagai yang terparah sejak perumahan tersebut berdiri. Berdasarkan data sementara dari BPBD Kabupaten Cirebon, dari 20 rumah yang terdampak, dua di antaranya ambruk total dan 18 lainnya mengalami tembok jebol.
Desa Kabarepan menjadi titik terparah karena merupakan jalur aliran air kiriman dari wilayah hulu di Kabupaten Kuningan. Secara keseluruhan, banjir di Cirebon kali ini merendam 24 desa di delapan kecamatan berbeda.
Petugas BPBD Kabupaten Cirebon, Faozan mengatakan, banjir ini merupakan kiriman akibat tingginya intensitas hujan di wilayah Kabupaten Kuningan.
"Wilayah hilir seperti Plumbon menerima limpasan air yang sangat besar dari hulu (Kuningan). Saat ini tercatat delapan kecamatan terdampak. Kami masih terus melakukan pendataan dan bantuan evakuasi," katanya.
Hingga Rabu siang, banjir mulai surut, namun puluhan warga masih berjibaku membersihkan sisa lumpur dan puing-puing bangunan yang berserakan. Rasa trauma menyelimuti warga, terutama karena prakiraan cuaca menunjukkan potensi hujan tinggi masih akan terjadi di wilayah hulu.
Kekhawatiran akan adanya banjir susulan membuat warga tetap bersiaga dan sebagian memilih untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman sementara waktu.
Editor: Kastolani Marzuki