get app
inews
Aa Text
Read Next : Ketakutan! IRT Hendak Mandi di Bandung Barat Diancam Preman Kampung Pakai Golok

Berkonflik dengan Warga, Ponpes Tahfidz Qur'an Terancam Terusir dari Cihampelas KBB

Rabu, 03 Februari 2021 - 20:50:00 WIB
Berkonflik dengan Warga, Ponpes Tahfidz Qur'an Terancam Terusir dari Cihampelas KBB
Aktivitas belajar mengajar santri Ponpes Tahfidz Qur'an Alam Maroko di Desa Mekarjaya, Kecamatan Cihampelas, KBB. (Foto: Adi Haryanto)

BANDUNG BARAT, iNews.id - Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Qur'an Alam Maroko terancam terusir dari Desa Mekarjaya, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Pasalnya pengurus ponpes diduga berkonflik dengan warga dan lahan yang ditempati diminta untuk segera dikosongkan oleh pemiliknya, PT Indonesia Power (IP) Saguling.

Warga Desa Makerjaya meminta pengurus pesantren segera menghentikan aktivitas. Warga menilai pendirian pesantren itu tidak ada izin atau restu dari warga setempat. Pengurus diduga tidak berkomunikasi terlebih dahulu sebelum membangun pesantren dan menggelar kegiatan belajar mengajar.

"PT Indonesia Power (IP) Saguling sudah mengirim surat supaya kami segera mengosongkan lahan ini sebelum tanggal 10 Februari 2021," kata Pendiri Pondok Pesantren Tahfidz Qur'an Alam Maroko Dadang Budiman, Rabu (3/2/2021).

Meski mendapat surat untuk segera mengosongkan lahan, Dadang mengaku akan bertahan. Pengurus Ponpes Tahfidz Qur'an Alam Maroko sudah melayangkan surat untuk audiens ke DPRD dan Bupati Bandung Barat. 

Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mempertahankan diri atas pengusiran dan penutupan aktivitas pesantren oleh warga sekitar. "Kami tidak akan pergi dari sini (mengosongkan) pesantren. Walau warga mengancam akan melaporkan kami ke pihak berwajib. Silakan saja," ujarnya.

Dadang menutur, persoalan dengan warga yang akhirnya merembet kepada soal legalitas lahan, sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu. Persoalan ini pun sudah dimediasi oleh pemerintah desa pada 27 Januari 2021. 

Tapi pengurus Ponpes Tahfidz Qur'an Alam Maroko tidak menerima hasil mediasi karena dinilai penuh dengan agenda setingan. "Itu bukan mediasi. Pertemuan digunakan untuk menekan kami. Makanya sampai saat ini kami tidak menerima hasil pertemuan itu," tutur Dadang. 

Sementara itu, Kepala Desa Mekarjaya Ipin Surjana mengatakan, konflik antara pondok pesantren dengan warga setempat bermula dari ada komunikasi antarkedua belah pihak yang tidak selesai. 

Konflik kemudian membesar hingga akhirnya timbul kebencian dari warga dan akses masuk ke ponpes sempat diportal. "Warga inginnya pesantren bubar, karena dianggap tidak menghargai pengurus RT dan RW," kata Kades Mekarjaya Ipin. 

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut