Berkah Ramadan di Kampung Caruluk Cianjur, Perajin Kolang Kaling Kebanjiran Pesanan

CIANJUR, iNews.id - Sesuai namanya, Caruluk yang dalam bahasa Sunda berarti kolang kaling, warga di kampung ini merupakan perajin olahan kolang kaling. Profesi musiman itu ditekuni warga setiap tahun, selama bulan suci Ramadan.
Ini sudah seperti tradisi setiap tahun. Lantaran profesi musiman warganya seperti itu, akhirnya masyarakat Kabupaten Cianjur pun memberikan julukan kepada Kampung Kedung Hilir, Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sebagai Kampung Caruluk.
Meski menjadi Ramadan kedua di tengah pandemi Covid-19, ternyata caruluk tetap membawa berkah tersendiri bagi perajin. Mereka selalu mendapatkan banyak pesanan dari sejumlah pasar tradisional baik dari dalam maupun luar kota.
Untuk dapat memenuhi pesanan kolang kaling, para perajin melibatkan anggota keluarga mereka atau warga lain dalam memproduksi penganan dari buah aren ini. Aktivitas mengolah buah aren menjadi caruluk mereka lakukan sebagai aktivitas menungu waktu berbuka puasa.
Perajin di Kampung Caruluk membuat kolang kaling dengan cara dan alat sederhana. Buah aren yang sudah dipetik dari pohon, dikumpulkan untuk direbus terlebih dahulu hingga buah aren ini dirasa matang.
Setelah matang, buah aren lalu diangkat dari rebusan dan dikupas dari cangkangnya satu per satu. Sebelum dijual, kolang kaling itu harus ditumbuk terlebih dahulu agar pipih dan teksturnya kenyal.
Edi Junaedi, warga Kampung Caruluk, mengatakan, kolang kaling produksi warga di kampung ini berkualitas super dan sangat banyak diminati oleh masyarakat dan bebas dari bahan pengawet.
"Pesanan di bulan Ramadan sekarang meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Saat ini saya sudah mendapatkan pesanan satu ton kolang kaling dari dalam dan luar daerah. Seperti Jakarta, Bandung, dan Bogor," kata Edi, perajin kolang kaling.
Untuk kolang-kaling kualitas biasa, ujar Edi, perajin menjual dengan harga Rp8.000 per kilogram. Sementara untuk kualitas super dijual dengan harga Rp15.000 per kilogram. "Jadi perajin kolang kaling di kampung ini sudah turun temurun," ujar Edi.
Editor: Agus Warsudi