8 Tempat Bersejarah di Bandung, Nomor 2 Mengingatkan Pertempuran Terhadap Invasi Belanda
BANDUNG, iNews.id - Tempat bersejarah di Bandung memiliki sejuta cerita yang membuat penasaran untuk berkunjung. Tak hanya wisata kulinernya yang terkenal, tempat-tempat sejarahnya juga menjadi saksi Kemerdekaan Indonesia.
Kota yang dijuluki Kota Kembang ini tidak berhenti membuat para wisatawan terkagum-kagum dengan wisata sejarahnya. Memiliki wisata sejarah dapat menjadi alternatif mengisi waktu liburan saat ke Kota Bandung.
Menyimpan banyak berbagai bagian sejarah dari Kota Bandung. Gedung Sate dibangun dengan tujuan sebagai identitas dari Kota Bandung serta lambang di Jawa Barat yang memiliki nilai historis tinggi.
Gedung sate didirikan pada 1920, awalnya sebagai departemen Verkeer en Waterstaat (Departemen Pekerjaan Umum dan Pengairan) bersamaan dengan pembangunan gedung Hoofdbureau Past Telegraaf en Telefoondienst (Pusat Pos, Telegraf dan Telepon) di sisi timur laut gedung.
Peletakan batu pertama dilakukan oleh Johanna Catherina, putri sulung B. Coops, Wali Kota Bandung saat itu dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia diwakili oleh Petronella Roelofsen. Pada 3 Desember 1945, terjadi peperangan antarpemuda Indonesia yang berusaha mempertahankan gedung dari serangan Gurkha Inggris.
Tujuh pemuda gugur dalam insiden tersebut. Untuk menghormati jasa mereka, 3 Desember ditetapkan sebagai Hari Bakti Amal oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
Kemudian, pada 1945 gedung tersebut digunakan sebagai kantor pusat pekerjaan umum dan pada 1980 digunakan sebagai Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat hingga saat ini.
Dibangun untuk memperingati peristiwa bersejarah Bandung Lautan Api yang terjadi pada 23 Maret 1946 ketika penduduk Kota Bandung berperang melawan invasi Belanda kedua.
Orang-orang Bandung dan para pejuang membakar rumah-rumah mereka dan meninggalkan kota menuju pegunungan di selatan Belanda.
Tujuannya untuk mencegah Sekutu dan NICA Belanda (Netherlands Indian Civil Administration) menggunakan Bandung sebagai markas militer strategis dalam perang Kemerdekaan Indonesia. Monumen Bandung Lautan Api memiliki tinggi 45 meter dan terdiri dari sembilan bidang.
Terdiri dari tiga bambu yang menyala, bangunan ini berwarna emas dan menjulang di atas 16 hektare. Karya tersebut dirancang oleh seniman kontemporer dan mantan dosen seni rupa ITB Sunaryo Soetono yang memenangkan kompetisi merancang Monumen Bandung Lautan Api pada 1984.
Monumen ini berlokasi strategis di pusat Kota Bandung dan mudah dijangkau dengan transportasi umum seperti bus dan angkutan kota.
Bangunan tersebut menjadi monumen budaya warisan bersama pada 2002 karena inisiatif dan upaya almarhum Letnan Jenderal Purnawirawan Mashudi.
Upaya tersebut didukung oleh aktivis pemuda serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat. Pada 2004-2005, pemerintah Provinsi Jawa Barat memulai Yayasan Universitas Siliwangi melaksanakan pekerjaan restorasi sebagai penerima hibah dan penanggung jawab.
Gedung Indonesia Menggugat saat ini digunakan untuk menyelenggarakan berbagai acara dalam bentuk seminar, dialog, pameran, pertunjukan, pemutaran film, publikasi, pemetaan, penelitian, aksi solidaritas, lokakarya dan pelatihan, catatan sosial, festival rakyat dan lain lain.
Bangunan bersejarah yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 5 Bandung ini akan diaktifkan kembali pada 2017. Kegiatan ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Direktorat Pelestarian Cagar Alam Budaya dan Permuseuman.
Merupakan museum senjata yang terletak di Bandung, Jawa Barat. Nama siliwangi merupakan pendiri Kerajaan Pajajaran dengan kekuasaan tak terbatas.
Raja dikatakan arif dan bijaksana serta memiliki wewenang untuk mengarahkan roda pemerintahan, namun tujuan dari museum ini untuk menyampaikan pesan, petunjuk atau nasihat dari para pejuang masa lalu kepada generasi yang akan datang melalui benda-benda yang dimerdekakannya.
Masjid ini pertama kali dibangun pada 1810. Sejak pembangunannya, Masjid tersebut telah dirombak sebanyak delapan kali pada abad ke-19, lima kali pada abad ke-20 dan terakhir pada 2001, peresmian Masjid Raya Bandung pada 4 Juni 2003 oleh Gubernur Jabar saat itu. Masjid baru bergaya Arab ini menggantikan Masjid Luhur yang lama bercorak Sunda.
Saat ini Masjid Raya Bandung memiliki luas total 23.448 m² dengan luas bangunan 8.575 m² dan mampu menampung kurang lebih 13.000 jamaah. Masjid ini pada awalnya dibangun dalam bentuk bangunan panggung tradisional sederhana dengan tiang kayu, dinding dengan anyaman bambu, atap jerami dan kolam besar sebagai sumber cairan untuk padamkan kebakaran yang terjadi di alun-alun Bandung pada tahun 1825.
Latar belakangnya tidak lepas dari keberadaan Dutch East Indies Astronomical Society (NISV) atau masyarakat Astronomi Hindia Belanda. Pada September 1920, NISV mengadakan pertemuan di Hotel Homann Bandung.
Dari pertemuan ini muncul ide untuk membangun sebuah observatorium besar di Hindia Belanda. Persiapan pembangunan observatorium dimulai pada 1920-1923.
Konstruksi yang sebenarnya terjadi pada 1923. Wolff Schoemaker kemudian ditunjuk sebagai arsitek. Pondasinya dibangun oleh De Hollandsche Beton Maatschappij.
Observatorium ini dibangun dengan dana Karel Rudolf Bosscha (1865-1928), seorang pengusaha perkebunan di kawasan Priangan. Dalam pembangunan observatorium ini, Bosscha mendapat bantuan dari pemilik peternakan sapi perah “Baroe Adjak” Ursone Brothers berupa lahan seluas 6 hektar di kawasan Lembang.
Observatorium selesai dan diberi nama Bosscha Starwatch. Nama Bosscha diberikan untuk menghormati karya Karel Rudolf Bosscha.
Pada 1879 Belanda membentuk perkumpulan di Bandung yang disebut Societeit Concordia. Tempat pertemuan Society Concordia pada awalnya merupakan toko untuk penduduk China perantauan.
Kemudian, pada 1895, toko itu dibeli dan diperluas. Bangunan ini dirancang pada 1921 oleh arsitek Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker menggunakan gaya Art Deco yang menekankan fungsionalitas dan struktur.
Setelah pembentukan Pemerintah Indonesia (1946-1950), dibentuk oleh pemerintah Haminte Bandung, Negara Pasundang dan Recomba Jawa Barat, gedung Concordia kembali digunakan sebagai gedung dewan umum. Pertunjukan seni, pesta, dan pertemuan publik lainnya biasanya diadakan di sini.
Sebelum Konferensi Asia-Afrika, gedung Societeit Concordia diserahkan kepada pemerintah Indonesia, setelah itu direnovasi dan diperbaharui untuk memenuhi kebutuhan Konferensi Asia-Afrika 1955.
Pada 7 April 1955, gedung ini berganti nama menjadi Gedung Merdeka Soekarno. Presiden mengubah nama jalan dari Jalan Pos menjadi Jalan Asia-Afrika, penamaan Gedung Merdeka didorong oleh perjuangan kemerdekaan negara-negara Asia dan Afrika yang masih terjajah.
Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat terletak di Jalan Dipati Ukur 48, Kota Bandung. Lokasinya berada di seberang Gedung Sate dan di depan kampus Universitas Padjajaran (Unpad) di Kota Bandung.
Tugu ini berdiri di atas lahan petak ± 72.040 m² dan luas bangunan ± 2.143 m². Model bangunan berbentuk bambu runcing dipadukan dengan arsitektur modern. Monumen ini didedikasikan untuk Gubernur Jawa Barat R. Nuriana pada 23 Agustus 1995.
Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat hanya memiliki koleksi tujuh diorama di ruang pameran yang tidak sebanding dengan ruangan pameran tetap, sehingga banyak area pameran permanen yang masih kosong dan tidak terisi dengan koleksi.
Nah, itu tempat bersejarah di Bandung yang bisa menjadi pilihan wisata saat berkunjung ke Kota Bandung.
Editor: Kurnia Illahi