get app
inews
Aa Text
Read Next : Skuter Listrik Meresahkan Warga Tokyo, Lansia Ditabrak hingga Patah Tulang

3 Film Indonesia Pukau Publik Jepang di Festival Sayama De Sinema

Jumat, 22 September 2023 - 09:01:00 WIB
3 Film Indonesia Pukau Publik Jepang di Festival Sayama De Sinema
Atdikbud KBRI Tokyo Yusli Wardiatno memberikan sambutan saat pembukaan Festival Sayama De Sinema. (FOTO: istimewa)

BANDUNG, iNews.id - Tiga film tentang Indonesia memukau publik Jepang yang hadir dalam festival film tahunan Sayama De Sinema. Festival film ini merupakan hasil kerja sama antara Seibu Bunri University of Hospitality dan KBRI Tokyo

Ratusan warga Jepang hadir memeriahkan festival film mini tersebut. Sayama De Sinema telah berlangsung selama 7 tahun, dipandu oleh mahasiswa dari Bunri University of Hospitality di kota Sayama, Jepang.

Misi awal festival ini adalah memberikan kesempatan bagi warga Sayama untuk menikmati film-film pemenang penghargaan dari festival-festival internasional seperti Tokyo International Film Festival (TIFF) dan FILMeX, yang biasanya sulit diakses karena Kota Sayama tidak memiliki bioskop. 

Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk mempererat hubungan antara mahasiswa universitas, pemerintah daerah, dan masyarakat sekitar.

Tahun ini, dalam peringatan hubungan diplomasi ke-65 antara Jepang dan Republik Indonesia, film Indonesia menjadi tema khusus dalam festival ini. Kerja sama yang telah terjalin antara Seibu Bunri University of Hospitality dan PT Produksi Film Negara (PFN) membuat hal ini menjadi mungkin.

Pada Sabtu 16 September lalu, film pertama yang diputar adalah Autobiography karya sutradara Makbul Mubarak. Film ini merupakan sebuah drama cerita seru Indonesia yang tayang perdana secara internasional di Festival Film Venesia 2022.

Kemudian, penonton diajak mengeksplorasi film LAUT (Umi o Kakeru) karya sutradara terkenal Koji Fukada, sebuah kolaborasi antara Indonesia dan Jepang yang mengambil latar alam dan Masyarakat di Banda Aceh. 

Film Autobiography berkisah tentang seorang lelaki misterius yang muncul di pesisir pantai sekitar Banda Aceh, yang diperankan oleh selebriti Jepang terkenal Dean Fujioka yang memiliki istri asal Indonesia. Sekitar 300 penonton hadir dan terpesona oleh keindahan laut Aceh dan Sabang yang ditampilkan dalam film tersebut.

Pada hari kedua, festival ini melanjutkan dengan pemutaran film Filosofi Kopi (2015), yang tentunya akan dapat memberikan penonton pengalaman sinematik mendalam.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Tokyo Yusli Wardiatno yang hadir sebagai wakil dari KBRI Tokyo mengatakan, aktivitas pertukaran budaya melalui pemutaran film ini merupakan perekat dalam hubungan antarnegara dan bangsa.

“Kalau saya ibaratkan Indonesia dan Jepang sebagai amplop surat dan perangko. Maka, kegiatan budaya melalui pagelaran seni budaya, pemutaran film atau pembelajaran bahasa adalah lem perekat yang membuat perangko dan amplop surat saling melengkapi dan tak terpisahkan,” kata Atdikbud KBRI Tokyo.

Dari pemutaran film Indonesia, ujar Yusli Wardiatno, diharapkan warga Jepang mendapatkan lebih mudah pemahaman, wawasan, pengetahuan, dan pendidikan tentang Indonesia yang akan meningkatkan ketertarikan untuk lebih mendalami melalui pendidikan atau datang ke Indonesia.

Sementara itu, Rektor Seibu Bunri University of Hospitality Kazuhiko Yamaki mengatakan, terima kasih kepada KBRI Tokyo atas dukungannya terhadap program-program kebudayaan yang dilakukan di sekolah dan kampus Seibu Bunri.

“Indonesia adalah negara besar, dan kami berterima kasih pada KBRI Tokyo dan PFN atas dukungannya dalam Sayama De Sinema. Film adalah jembatan yang memungkinkan kita berbagi empati dan emosi lintas generasi. Di saat dunia dilanda kecemasan di beberapa tempat, kami berharap festival film ini akan menjadi tempat dimana kita dapat terhubung ke semua orang melalui film,” kata Rektor Yamaki.

Setelah penayangan kedua film tersebut, diadakan talk show dengan Programming Director Tokyo International Film Festival, Shozo Ichiyama dan sutradara LAUT Koji Fukada. Ichiyama Shozo merupakan orang yang merekomendasikan pemutaran film Autobiography di Festival Sayama De Sinema

Film ini pernah meraih penghargaan di FILMeX. Sementara sutradara Fukada menceritakan pengalaman pribadinya di Aceh yang menginspirasinya untuk mengambil cerita universal dengan latar belakang Tsunami di Aceh. 

"Saya ingin menekankan bahwa sebagai manusia kita memiliki keterbatasan, dan kita tidak bisa meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan. Yang pasti, Tsunami tidak memilih korban, siapa pun bisa menjadi korban. Bagaimana kita meresponsnya adalah yang membedakan manusia berdasarkan budayanya," kata Koji Fukada.

Festival Sayama De Sinema telah membawa budaya dan keindahan film Indonesia ke hati warga Jepang, menunjukkan bahwa sinema adalah bahasa universal yang dapat menghubungkan berbagai budaya dan negara. 

Editor: Agus Warsudi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut