BANDUNG, iNews.id – Ratusan sopir bus pariwisata dari berbagai daerah di Jawa Barat menggelar aksi damai di Gedung Sate, Bandung, Senin (22/7), menuntut Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mencabut surat edaran yang melarang pelaksanaan study tour bagi pelajar. Mereka menyebut larangan tersebut telah mematikan roda ekonomi sektor pariwisata yang selama ini bergantung pada kegiatan sekolah.
Para peserta aksi datang dari berbagai kota dan kabupaten, termasuk Garut, Tasikmalaya, Cianjur, Pangandaran, Cirebon, Bogor, hingga Bekasi. Mereka terdiri dari sopir bus, pemilik PO, agen perjalanan, tour guide, hingga pelaku UMKM yang biasa menerima kunjungan rombongan pelajar.
“Ini bukan demo, tapi aksi damai. Kami hanya ingin keadilan. Larangan study tour mematikan mata pencaharian kami,” ujar Nana Yohana dari Solidaritas Pekerja Pariwisata Jawa Barat.
Gubernur Dedi Mulyadi sebelumnya mengeluarkan surat edaran yang melarang sekolah-sekolah di Jawa Barat menyelenggarakan study tour. Ia menilai kegiatan tersebut lebih banyak menjadi ajang rekreasi dan berpotensi membebani orang tua siswa secara finansial, serta menciptakan ketimpangan sosial di lingkungan sekolah.
“Demonstrasi ini membuktikan bahwa study tour hanyalah kegiatan piknik, bukan pembelajaran. Kami ingin menjaga agar orang tua tidak terbebani pengeluaran di luar biaya pendidikan,” tegas Dedi.
Namun, larangan itu justru memicu reaksi keras dari pelaku pariwisata. Bahkan, massa aksi sempat memaksa masuk ke Gedung Sate. Mereka mengancam akan kembali turun ke jalan dengan jumlah lebih besar jika tuntutan mereka diabaikan.
Di tengah polemik ini, Pemerintah Kota Bandung mengambil sikap berbeda. Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, justru memperbolehkan sekolah-sekolah di bawah Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk kembali menggelar study tour. Ia menilai kegiatan tersebut penting untuk menggeliatkan perekonomian lokal, terutama di sektor pariwisata.
Editor : Komaruddin Bagja
Artikel Terkait