Saat pertama kali mencoba, dia menghabiskan sekitar Rp500.000 tanpa dokumentasi. Kini, dia mulai membuat konten dan membagikan prosesnya di media sosial.
“Kalau sekarang, tergantung lubangnya. Kayak kemarin di Katapang, cuma habis puluhan ribu aja,” ujarnya.
Hasan mengetahui titik-titik jalan berlubang dari pengalamannya menarik penumpang. Dia mengaku sering memotret jalan berlubang saat dalam perjalanan.
“Biasanya saya tandai waktu narik dari Ciwidey ke Kota Bandung,” katanya.
Meski banyak rekan ojol dan warga yang ingin membantunya, Hasan memilih mengerjakan sendiri. Dia khawatir ada pihak yang memanfaatkan kesempatan.
“Bukan enggak mau dibantu, tapi kita enggak tahu niat orang. Ada yang benar-benar ingin bantu, ada juga yang bisa jadi manfaatin,” ucapnya.
Hasan menegaskan, keluarga dan pemerintah setempat sudah mengetahui kegiatannya. Saat pertama kali menambal jalan di Desa Cibodas, dia terlebih dahulu meminta izin kepada kepala desa.
“Itu adab saya, ngomong dulu sebelum mulai,” katanya.
Aksi sosial ini sudah dia lakukan di beberapa lokasi seperti Ciwidey, Katapang dan Soreang. Hasan menyisihkan pendapatannya dari hasil ojol untuk membiayai kegiatan ini.
“Misalnya saya narik sampai jam 10 pagi, habis itu ngaspal. Setelah beres, lanjut narik lagi sampai malam,” ujarnya.
Rata-rata penghasilan bersihnya per hari sekitar Rp80.000. Sebagian dia alokasikan untuk membeli perlengkapan tambal jalan.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait