“Saya dapat sedikir ilmu soal makanan dan minuman saat bekerja di restoran. Itu coba saya aplikasikan setelah keluar dari pekerjaan,” kata Beni.
Setelah menikah pada 2012 lalu, Beni memutuskan keluar dari pekerjaannya dan kembali ke Kabupaten Bogor untuk menemani sang istri yang bekerja di salah satu rumah sakit kawasan Sentul.
Beni mengaku saat itu jobless alias tidak ada pekerjaan yang dilakoninya. Dia kemudian mencoba membuka usaha warung makan sesuai keahliannya di wilayah Bekasi. Namun, usaha tersebut tidak bertahan lama.
“Saya buka warung makan tapi tidak dapat respons positif dari konsumen. Akhirnya warung makan itu tutup,” tutur suami dari Kurniasih itu.
Pada April 2015, dengan modal Rp30 juta dari uang tabungan Beni kemudian berjualan es kelapa di lapak berukuran 2x3 meter di wilayah Babakan Madang. Selain menjual es, Beni juga memasok buah kelapa ke pedagang-pedagang lainnya. Beni belanja langsung kelapa dari petani di wilayah Sukabumi.
Ternyata, es kelapa membawa hoki bagi Beni. Tak butuh lama hanya empat bulan, dia mampu menyewa kios.
“Saat itu, saya beri nama kios es kelapa ejo. Tapi ternyata sudah ada yang memakai. Akhirnya, saya ganti jadi Nusantara Kelapa,” ucapnya.
Dua tahun berjalan tepatnya pada 2017, es Nusantara Kelapa mulai mendapat respons positif dari konsumen. Varian rasa es kelapanya pun bertambah dari semula hanya tiga menjadi 28 rasa.
“Ya, awalnya cuman tiga rasa es kelapa original, kuwut, dan kelapa susu. Sekarang sudah ada 28 rasa yang saya racik sendiri,” tuturnya.
Beni mengaku tidak ada tips khusus dalam berbisnis. Dia hanya menekankan kepada semua karyawannya untuk bersikap jujur, amanah, dan bertanggung jawab.
“Kita contoh sifat Nabi saja, jujurs, sidik, tablig, dan amanah. Kalau ada komplain pelanggan, kita layani dengan sebaik-baiknya,” ucapnya.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait