JAKARTA, iNews.id - Menyambut bulan haji, tata cara pelaksanaan ibadah haji menjadi informasi yang mulai banyak dicari kalangan Muslim. Haji menjadi ibadah yang termasuk dalam rukun Islam.
Rukun Islam kelima ini hukumnya wajib dilaksanakan bagi mereka yang mampu baik jasmani, rohani, dan materi. Namun, semua calon jamaah haji dituntut unyuk memahami tata cara haji yang benar sebelum berangkat ke Tanah Suci, Mekkah.
Dalam surah Ali Imran, Allah juga menjanjikan orang yang mengerjakan haji akan mendapatkan banyak hikmah dan manfaat. Allah SWT berfirman:
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang-orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya dari alam semesta.” (Ali Imran: 97).
Meski akan ada pemandu yang akan mengarahkan seluruh rangkaian ibadah tersebut, mengetahui tentang tata cara haji secara runtut tetap harus dipahami. Berikut ini adalah urutan tata caranya:
1. Ihram dari miqat yang sudah ditentukan
Ibadah haji dikerjakan mulai tanggal 8 Dzulhijjah. Hari ini disebut dengan hari tarwiyah. Miqat artinya adalah batas waktu dan tempat melakukan ibadah haji dan umrah. Terdapat dua macam miqat, yakni miqat zamani (batas waktu) dan miqat makani (batas tempat).
Batas waktu untuk melakukan ibadah haji adalah pada bulan Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijah. Sementara itu, batas tempat untuk memulai ibadah haji terletak di beberapa kota dan tergantung dari arah kedatangan jamaah haji.
Adapun pelaksanaan ihram secara runtut adalah sebagai berikut:
a. Mengerjakan mandi sunnah
b. Berwudhu
c. Mengenakan pakaian ihram
d. Mengerjakan shalat sunnah ihram
e. Mengucapkan niat haji
نَوَيْتُ الْحَجَّ وَأَحْرَمْتُ بِهِ لِلهِ تَعَالَى لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ بحَجًَةِ
Latin: nawaitul hajja wa ahramtu bihi lillahi ta’ala labbaika Allahumma hajjan.
Artinya: "Aku niat melaksanakan haji dan berihram karena Allah Swt. Aku sambut panggilan-Mu, ya Allah untuk berhaji."
f. Berangkat menuju Arafah dengan membaca talbiyah
لَبََّيْكَ اَللَّهُمَّ لَبَّيْكَ،لَبَّيْكَ لاَ شَريْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ والْمُلكَ، لاَشَرِيْكَ لَكَ
Latin: Labbaika Allahumma labbaika, Labbaika Laa Syariika laka labbaika, innal hamda wanni’mata laka wal mulka, laa syariika laka
Artinya: Aku penuhi panggilanMu ya Allah, aku penuhi panggilanMu, aku penuhi panggilanMu, tidak ada sekutu bagiMu, aku penuhi panggilanMu. Sesungguh-nya segala puji, kenikmatan dan kerajaan adalah milikMu, tidak ada sekutu bagiMu.”
2. Wukuf di Arafah pada 9 Zulhijah
Wukuf adalah prosesi berdiam diri. Tidak hanya berdiam kosong, tetapi ketika masa wukuf hendaknya selalu berzikir dan berdoa di Padang Arafah. Wukuf di Arafah dikerjakan pada 9 Zulhijah, dimulai setelah matahari tergelincir hingga terbit fajar pada 10 Zulhijah atau pada Hari Raya Idul Adha. Beberapa amalan yang bisa dikerjakan saat, yaitu:
• Mengerjakan sholat Dzuhur dan Ashar dengan cara qashar dan jamak di awal waktu
• Mendengarkan khutbah wukuf
• Memperbanyak doa
• Memperbanyak dzikir
• Membaca Al-Qur'an
• Mengerjakan sholat Maghrib dan Isya dengan cara qashar dan jamak di awal waktu
3. Mabit atau menginap di Muzdalifah
Muzdalifah adalah kawasan yang berlokasi antara Arafah dan Mina. Setelah tengah malam, jamaah haji berangkat dari Arafah menuju Mina.
Saat tiba di Muzdalifah, jamaah haji berhenti walaupun sebentar. Amalan ini disebut dengan mabit. Jamaah haji yang datang sebelum tengah malam, diwajibkan menunggu sampai tengah malam. Pasalnya, waktu pelaksanaan mabit adalah dari tengah malam sampai terbit fajar. Di Muzdalifah, terdapat beberapa amalan yang bisa dikerjakan, di antaranya adalah membaca talbiyah, berdzikir, istighfar, berdoa, membaca Al Quran atau sambil mengambil kerikil dan melempar jumrah.
4. Jumrah Aqabah
Tahapan selanjutnya adalah melakukan lontar jumrah aqabah yang dilaksanakan setelah fajar menyingsing atau siang hari di tanggal 10 Zulhijah dengan 7 butir kerikil. Jumrah aqabah adalah tugu batu yang terletak di Bukit Aqabah di Mina.
5. Tahallul
Tahallul adalah melepaskan ihram haji setelah mengerjakan amalan-amalan haji. Tahallul dilakukan dalam dua tahap.
Tahallul pertama dilaksanakan setelah selesai melontar jumrah aqabah dengan cara mencukur sekurang-kurangnya tiga helai rambut. Setelah itu, jamaah haji boleh mengerjakan segala hal yang dilarang saat waktu ihram, kecuali melakukan hubungan suami istri.
Setelah tahallul pertama, jamaah haji yang akan melaksanakan tawaf ifadah dapat langsung menuju Mekkah. Beberapa yang dikerjakan di Mekah antara lain:
• Masuk ke Masjidil Haram melalui pintu Babussalam
• Thawaf ifadhah dengan membaca talbiyah
• Disunnahkan mencium Hajar Aswad
• Mengerjakan sholat sunnah 2 rakaat di dekat makam Ibrahim
• Berdoa di Multazam
• Mengerjakan sholat sunnah 2 rakaat di Hijir Ismail
• Mengerjakan sa'i antara Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali
6. Mabit atau menginap di Mina
Setelah rangkaian tahalul selesai, jamaah haji lalu kembali menuju Mina untuk mabit selama hari Tasyrik, yakni tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijah. Setelah Matahari tergelincir di setiap siang hari Tasyrik, jamaah haji melontar tiga jumrah yang masing-masing sebanyak tujuh kali.
Tiga jumrah itu adalah jumrah ula, wusta, dan aqabah. Bagi yang menghendaki, jamaah haji boleh meninggalkan Mina pada tanggal 12 Zulhijah setelah melempar jumrah, hal ini disebut dengan nafar awwal.
Sementara jamaah haji yang meninggalkan Mina pada 13 Zulhijjah sejatinya lebih sempurna. Maka, jamaah haji tersebut melontar jumrah selama tiga hari dalam hari Tasyrik yang disebut dengan nafar tsani.
Jika telah rampung, jamaah haji kembali ke Mekkah dan seluruh rangkaian ibadah haji sudah selesai.
Editor : Komaruddin Bagja
Artikel Terkait