CIMAHI, iNews.id - Eddy Mardijanto (52), pensiunan yang tinggal di Jalan H Haris, RT 01/07, Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, tidak menyangka hobinya membuat miniatur kereta api ternyata menghasilkan uang. Harga miniatur kereta buatan Eddy bukan hanya ratusan ribu, tapi sampai jutaan rupiah.
Semua itu mengacu kepada tingkat kerumitan, kesukaran, dan ukuran dari miniatur kereta api yang dibuatnya.
"Ya lumayanlah, hobi yang membawa rejeki. Kalau yang murah saya jual sekitar Rp300.000 dan yang mahal pernah saya buat seharga Rp9 juta," kata Eddy, Kamis (4/3/2021).
Dia menceritakan awal mula bisa menggeluti hobinya itu sampai sekarang. Dimulai dari 2002 lalu, dia bersama teman-temannya coba membuat miniatur kereta. Ternyata banyak suka sehingga berlanjut sampai 2008 membuat berbagai miniatur kereta.
Setelah itu dirinya lalu berpikir untuk mengembangkan usahanya secara mandiri dengan membuka workshop kecil-kecilan. Ternyata respons sangat bagus, bahkan pesanan terus berdatangan seperti dari PT KAI dan juga dari Belanda, Jepang, dan Amerika.
Pria yang bekerja di PT Dirgantara Indonesia (DI) hingga 2002 itu, kini telah berhasil membuat ribuan jenis miniatur kereta api. Seperti lokomotif uap zaman Belanda, lokomotif jenis CC 206, CC 205, LRT, KRL, dan beragam jenis miniatur lainnya. Termasuk membuat miniatur kapal laut dan kendaraan tempur TNI.
"Yang lain juga bikin, kaya kapal laut, kendaraan tempur TNI dan lain-lain. Tapi memang yang paling banyak dipesan miniatur kereta," tuturnya.
Disinggung soal bagaimana dia bisa mengetahui secara detail kereta api, ternyata sejak kecil sudah mengenalnya mengingat sang ayah pernah bekerja di PT KAI. Rumah masa kecilnya juga berada di samping perlintasan kereta api, sehingga gambaran soal kereta begitu melekat dibenaknya.
Untuk membuat miniatur kereta Eddy menggunakan bahan baku akrilik yang dibentuk dengan cutting laser. Rangka miniatur kereta api yang sudah setengah jadi lalu dipoles dengan berbagai warna sesuai model aslinya. Kemudian memasang bagian body kereta, lalu membuat cetakan mika untuk wadahnya.
"Dulu sebelum ada Covid-19 sebulan saya bisa dapat sekitar Rp25 juta, tapi karena pandemi pemasukan turun sekitar 40 persen," ujarnya.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait