Ketua DPD Partai Golkar Jabar Tubagus Ace Hasan Syadzily saat memberikan sambutan dalam acara Safari Ramadhan Golkar Jabar di Indramayu. (FOTO: ISTIMEWA)

INDRAMAYU, iNews.id - Kader Partai Golkar Jabar diminta memerkuat ideologi amal salih atau karya kekaryaan. Ideologi ini merupakan prinsip Partai Golkar, mengedepankan karya agar berperan menjadi umat yang bermanfaat bagi manusia lain.

Pernyataan itu disampaikan Ketua DPD Partai Golkar Jabar Tubagus Ace Hasan Syadzily dalam acara Safari Ramadhan DPD Partai Golkar Jabar di Ponpes Cadangpinggan, Jalan By Pass Kertasemaya, Gedangan, Sukagumiwang, Indramayu, Jumat (14/4/2023) malam. 

“Partai itu adalah sistem dari masyarakat modern. Karena itu setiap orang berhak untuk mendirikan partai. Tetapi harus jelas ideologi yang diperjuangkannya. Partai Golkar jelas ideologi perjuangannya, yaitu, karya kekaryaan. Kalau dalam bahasa agama dikenal dengan istilah amal soleh,” kata Tubagus Ace Hasan Syadzily atau akrab disapa Kang Ace.

Wakil Ketua Komisi VIII DPR itu menyatakan, Golkar bukan partai agama, apalagi partai yang menjual agama. Tidak juga menjual simbol ajaran agama sekadar untuk meraih dukungan politik sesaat. 

“Ideologi Partai Golkar adalah bekerja demi kemaslahatan masyarakat, negara, dan bangsa. Karena itu, kader Golkar harus betul-betul bisa menjalankan dan membuktikan karya-karyanya di masyarakat,” ujar Kang Ace.

Turut hadir dalam Safari Ramadhan Partai Gollkar Jabar di Indramayu ini antara lain, Ketua Harian DPD Partai Golkar Jabar Daniel Mutaqien, Ketua DPD Partai Golkar Indramayu Syaefudin. Tampak pula Ketua Ikatan Istri Partai Golkar (IIPG) DPD Jabar Rita Fitria Ace Hasan Syadzily.

Kang Ace mengaku bangga Partai Golkar diterima di Pondok Pesantren Cadangpinggan. KH Abdul Syakur Yasin atau lebih dikenal sebagai Buya Syakur, pengasuh pondok pesantren dikenal sebagai ulama yang luas ilmu agamanya.

“Pikiran dan gagasan Buya ini dikenal sangat menyejukkan bagi keutuhan bangsa dan negara yang kita cintai. Pandangan-pandangannya selalu relevan dengan pandangan Partai Golkar,” ujar Kang Ace.

Beberapa gagasan Buya Syakur menunjukan Islam yang rahmatan lil alamin atau rahmat bagi seluruh alam. Islam agama yang memberikan rahmah atau kasih sayang sehingga menjadi obor dan pedoman bagi umat manusia.

“Tentu pandangan keagamaan Buya Syakur ini patut ditiru dan dijadikan pedoman. Karena, orisinalitas pandangan-pandangan keagamaannya luar biasa,” tutur Kang Ace.

Selain itu, Kang Ace juga melihat Buya Syakur sebagai ulama yang hadir di tengah-tengah masyarakat. “Beliau adalah seorang ulama. Tidak hanya di perguruan tinggi, di pesantren, tetapi ulama yang down to earth atau membumi," ucapnya.

Di balik itu semua, ujar Kang Ace, yang paling membuatnya merasa bahagia dan gembira adalah, ulama kharismatik yang telah melanglang buana di sejumlah negara Islam itu ternyata adalah pendukung Partai Golkar.

“Saya sungguh sangat bergembira. Ternyata Buya Syakur ini juga salah satu pendukung Golkar di Indramayu. Ya saya tadi mendapatkan cerita dari mas Daniel (Ketua Harian DPD Partai Golkar Jabar Daniel Muttaqien) beliau ini insya Allah masih konsisten di Partai Golkar, masih tercatat sebagai Dewan Pertimbangan Partai Golkar Kabupaten Indramayu,” ujar dia.

Keterlibatan Buya Syakur dan ulama-ulama di Partai Golkar bukan semata-mata untuk mendapatkan dukungan suara. Namun yang terpenting adalah terkait dengan pandangan keagamaannya karena memiliki kesamaan dengan Partai Golkar.

Di hadapan sekitar 500 jamaah yang hadir, Kang Ace juga sempat meminta doa dari para ulama, ustaz,  dan santri agar dalam menghadapi Pemilu 2024, Partai Golkar bisa mendapat kemenangan dan kesuksesan.

“Kiita sekarang ini masuk Ramadhan terakhir menuju 2024. Mudah mudahan Partai Golkar kembali merebut kemenangan,” tutur Kang Ace.

Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Cadangpinggan, Kertasemaya, Sukawinangun, Indramayu KH Abdul Syakur Yasin atau Buya Syakur mengatakan, diperlukan tafsir kekinian dalam memahami Alquran supaya umat tidak terjebak kepada pemahaman sempit dan kaku.

Para ulama dulu, kata Buya Syakur, saat menafsirkan Alquran dan menyusun fikih, belum didukung dengan science and technology. 

Belum ada kemajuan ilmu pengetahuan, linguistik, morfologi, terminologi, sintaksis, ilmu sorof juga belum berkembang. "Jadi masih sangat sederhana sekali sehingga sering menimbulkan eksklusivisme,” kata Buya Syakur.

Buya Syakur menyatakan melawan radikalisme agama dan membangun cara pandang keagamaan yang toleran dan terbuka, tidak cukup dengan ceramah,  BNPT, dan Densus 88. 

"Tidak cukup dengan kata-kata. DPR juga berkewajiban mendorong pemerintah membuat kurikulum pendidikan agama yang lebih berpihak kepada nilai-nilai kemanusiaan universal, adil, toleran dan terbuka,” kata Buya Syakur.


Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network