CIAMIS, iNews.id - Calon Gubernur (Cagub) Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil atau Kang Emil terus menggali potensi kabupaten dan kota yang berada di wilayah Jabar agar mampu meningkatkan perekonomian dengan menciptakan satu produk andalan. Salah satu potensi yang bisa dikembangkan adalah menciptakan lahan peternakan ayam petelur.
Kang Emil mengaku berencana membangun dan memperluas peternakan ayam petelur saat mengunjungi peternakan di Kampung Cigebot, Desa Muktisari, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, Jabar. "Hari ini saya datang ke Cigebot, Ciamis dan melihat peternak ayam yang dikelola Paguyuban Peternak Ayam Petelur Ciamis yang omzetnya luar biasa," kata Emil, Selasa (3/4/2018).
Wali Kota Bandung nonaktif itu menilai, pasar akan terus membutuhkan telur seiring dengan permintaan masyarakat. Hal tersbeut terjadi karena produk telor dicari karena tidak hanya sebagai kebutuhan protein, melainkan juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan kuliner.
"Di masa depan yang namanya bisnis makanan itu tidak pernah surut selama manusia masih membutuhkan makanan. Sehingga kebutuhan daging ayam, sapi, dan telur akan terus dibutuhkan," kata Emil.
Emil menyebutkan, peternak ayam petelur di Desa Cigebot mampu menghasilkan 45 ton telur per hari dengan omzet mencapai Rp300 miliar per tahun. Sedangkan, produksi telur dari peternak sejauh ini hanya mampu menyuplai pasar lokal seperti kawasan Ciamis dan Priangan timur. Sehingga, kata dia, yang telah dihasilkan Paguyuban Peternak Ayam Petelur memiliki potensi luar biasa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan warga sekitar.
Cagub nomor urut satu itu pun berwacana bakal menduplikasi peternakan tersebut ke daerah lain yang tidak memiliki potensi pendapatan. "Selama positif akan kami duplikasi. Tidak menutup kemungkinan Jabar bisa menjadi penyuplai telur terbesar di Indonesia dengan sebuah kepemimpinan," ujarnya.
Emil berharap, peternakan ayam petelur yang bakal dikembangkan bisa jauh lebih baik ketika didukung dengan teknologi modern dan canggih. Hasilnya, kata dia, peternakan di Jabar mampu bersaing dengan pemasok asing yang selama ini menyuplai kebutuhan telur dalam negeri.
Sementara, Ketua Paguyuban Peternak Ayam Petelur Ciamis H Kusnadi mengatakan, peternak ayam petelur di Ciamis saat ini mengeluhkan infrastruktur jalan yang rusak di lokasi peternakan. Jalan rusak menghambat distribusi telur dari peternakan ke kota karena banyak telur yang pecah saat pengiriman berlangsung.
"Jika dari 100 kilogram (kg) telur jumlah yang pecah mencapai 1 kg, dapat dihitung besarnya kerugian peternak akibat infrastruktur jalan rusak itu," ungkap Kusnadi.
Kusnadi juga mengeluhkan kurangnya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Ciamis dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat terhadap usaha peternakan ayam dan ayam petelur. "Kami ini seolah-olah didiamkan. Selama ini kami belum pernah mendapat bantuan, padahal kami ini sudah berkontribusi dalam pembangunan dari sisi pemenuhan gizi masyarakat melalui usaha ayam petelur," katanya.
Kusnadi menjelaskan, saat ini paguyuban memiliki 360 anggota yang mengelola usaha ayam petelur dari skala terkecil 500 ekor hingga yang terbesar 150 ribu ekor. Usaha ini mampu menyerap tenaga kerja hingga 1.200 orang. Adapun produksi telur dari 1,5 juta ekor ayam menghasilkan rata-rata 40-50 ton telur per hari.
Telur produksi P2APC saat ini didistribusikan ke sejumlah pasar di Kabupaten Ciamis dan sebagian wilayah Priangan Timur. "Kami belum mampu memenuhi kebutuhan pasar di seluruh Jawa Barat karena terkendala biaya produksi dan infrastruktur jalan rusak," ujarnya.
Editor : Achmad Syukron Fadillah
Artikel Terkait