BANDUNG, iNews.id – Calon Gubernur Jawa Barat (Cagub Jabar) Ridwan Kamil atau Emil mengundang Robiatul Adawiyah, salah satu guru SDIT di RT 05 RW III Kelurahan Jatisari, Kota Bekasi ke Bandung. Robiah diketahui dipecat melalui grup WhatsApp karena berbeda pilihan saat Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar pada 27 Juni 2018, lalu.
Emil mengatakan, undangannya kali ini hanya untuk bersilaturahmi dan mengucapkan terima kasih karena telah mempercayakan dirinya sebagai pemimpin di Jabar. Menurut dia permasalahan Robiatul Adawiyah sudah diselesaikan secara kekeluargaan sehingga tidak perlu dibesar-besarkan.
“Kami tidak mau memperpanjang yang penting sudah damai. Sudah ada perbicanngan yang saling memahami,” kata Emil, Minggu (1/7/2018).
Dia menjelaskan, saat ini yang terpenting adalah mencarikan pekerjaan baru untuk mantan guru SDIT itu. Sehingga mantan alumnus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tersebut bisa mendapatkan mendapatkan pendapatan kembali.
“Saya fokus mengupayakan pekerjaan untuk ibu Rabiah. Beliau ingin kerja di tempat yang nyaman lahir batin. Dia juga mendapatkan amanah dari orang tuanya supaya tidak jauh dari rumahnya, berarti saya akan carikan di Bekasi,” ujarnya.
Wali Kota Bandung itu berharap, agar dikemudian hari tidak terjadi kesalah pahaman yang tidak bertentangan dengan hak azasi atau nilai demokrasi. Menurutnya cukup Rabiatul Adawiyah yang menjadi korban dan tidak ada yang lainnya.
Sebelumnya, kabar pemecatan Robiatul bermula dari curahan hati suaminya, Adriyanto Putra Valora, di akun media sosial Facebook. Adriyanto mengunggah percakapan istrinya dengan pihak sekolah. Robiah dipecat dari sekolah yang menjadi tempatnya mengajar selama tiga tahun.
Dalam percakapan WhatsApp, Robiatul yang memilih pasangan Ridwal Kamil-UU Ruzhanul Ulum dinyatakan tidak sesuai dengan visi dan misi sekolah tempat dia bekerja. Sementara pihak sekolah ternyata mempunyai pilihan paslon sendiri, yang kemungkinan harus dipilih oleh guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut.
Robiatul mengatakan, selama Pilkada berlangsung tidak pernah ada penekanan dari sekolah untuk memilih calon wali kota maupun calon gubernur tertentu. Bahkan, sekolah juga tidak pernah memberi tahu visi misi yang berkaitan dengan Pilkada.
“Sekitar jam 14.00-15.00 WIB, itu kan quick count sudah ada. Awalnya saya update status, dari situ ditanggapi guru di sekolahan, terus berlanjut di WhatsApp itu,” kata Robiatul di Bekasi, Jumat (29/6/2018).
Menurut Robiatul, atas peristiwa pemecatan terhadao dirinya melalui WhatsApp tersebut, Jumat pagi pimpinan yayasan sudah mendatangi kediamannya meminta maaf atas kesalapahaman tersebut. Pihak sekolah juga sudah meminta untuk kembali mengajar, namun meskipun sudah diselesaikan secara damai, Robiatul memilih untuk mengajar di tempat lain.
“Saya sudah meminta maaf, pihak sekolah juga sudah meminta maaf. Saya berharap masalah ini tidak berlanjut, tetapi saya pribadi memilih untuk tidak bekerja sama lagi,” ujar Robiatul.
Sementara pihak sekolah mengatakan percakapan di WhatsAap tersebut merupakan bentuk kesalapahaman antar pribadi. Sekolah juga menyatakan tidak pernah ada paksaan saat memilih kepala daerah.
“Mungkin karena kita baru lelah, habis ujian, banyak even, dan baru pulang kampung semua. Dalam kondisi lelah, mungkin ada salah ucap. Karena ada kesalahpahaman kata, pihak sekolah juga sudah meminta maaf,” kata perwakilan sekolah Tri.
Editor : Muhammad Saiful Hadi
Artikel Terkait