CIREBON, iNews.id - Pascameninggalnya Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat, polemik takhta Kesultanan Kasepuhan Cirebon masih terjadi. Bahkan, Raden H Rahardjo Djali mengukuhkan diri sebagai polmak atau pejabat sementara (pjs) sultan di Masjid Sang Cipta Rasa, Kamis (6/8/2020).
Raden H Rahardjo Djali merupakan cucu dari Sultan Sepuh XI Keraton Kasepuhan Cirebon, PRA Tadjoel Arifin Djamaludin. Dia mengukuhkan diri sebagai pengganti almarhum Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat.
Pengukuhan tersebut dilakukan oleh Elang Upik, keturunan Sultan Sepuh XI, lantaran Pangeran Raja Lukman Zulkaidin dianggap tidak sah sebagai putra mahkota pengganti. Alasannya, Elang Upik dinilai telah menyeleweng dari adat kesultanan yang harus menunggu selama 40 hari setelah wafatnya Sultan Sepuh XIV.
Karena itu, perlu diadakan pengukuhan polmak atau pejabat sementara untuk mengisi kekosongan kedudukan Kasultanan Kasepuhan Cirebon. Posisi polmak sampai ada jumenengan sultan keraton kasepuhan yang dilakukan oleh keluarga keraton.
Menurut Raden H Rahardjo Djali, dengan pengukuhannya sebagai polmak atau pejabat sementara, dirinya akan mengambil alih kebijakan-kebijakan yang ada di Keraton Kasepuhan. Selain itu, dia juga akan melakukan perbaikan-perbaikan seluruh aset di lingkungan Keraton Kasepuhan.
"Kami akan mulai bekerja dan memperbaiki yang ada di Keraton Kasepuhan," katanya.
Sementara itu, Filolog Cirebon, Raden Achmad Opan Safari Hasyim mengatakan, pengukuhan polmak atau pjs Sultan Keraton Kasepuhan tersebut dinyatakan sah. Pasalnya, Raden Rahardjo Djali merupakan keturunan langsung Syekh Syarif Hidayatullah.
"Raden Rahardjo Djali memang memiliki trah keturunan asli Keraton Kasepuhan Cirebon dibandingkan dengan putra mahkota dari Sultan Sepuh PRA Arief Natadiningrat," katanya.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait