PURWAKARTA, iNews.id - Calon Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil memiliki solusi dan program unggulan untuk mengatasi persoalan gizi buruk yang masih terjadi di Jabar. Solusi tersebut muncul setelah dia menjenguk seorang penderita gizi buruk bernama Hasanuddin (18), di Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Jumat(11/5/2018).
Melihat kondisi itu, Kang Emil, sapaan akrabnya berkomitmen menangani dan memberikan solusi bagi warga Jabar yang masih menderita gizi buruk. Sesuai data dari Persatuan Ahli Gizi Jabar, pada 2017, kasus kurang gizi di Jabar berada di angka 29,2 persen atau melebihi batas angka yang ditetapkan WHO yakni 22 persen.
“Sedih juga saya di Purwakarta masih ada kasus Malnutrition Energy Protein (busung lapar). Selain menangani Hasanudin, saya akan fokus pada solusi agar tidak ada Hasanudin lainnya di Jawa Barat,” ujarnya.
Beberapa program yang akan disiapkan untuk menanggulangi kasus gizi buruk antara lain dengan mengaplikasikan program Ojek Makanan Balita (Omaba). Program ini sudah berjalan di Kota Bandung, dan siap dibawa ke Jabar jika dirinya terpilih sebagai gubernur nanti.
"Programnya, kami menyiapkan makanan sehat dan mengirimkannya ke rumah-rumah yang memiliki balita kurang gizi. Setiap hari kami kirim dua porsi, karena rata-rata mereka tinggal di desa yang jauh, sehingga enggak mungkin kalau mereka yang ambil sendiri,” ucap dia.
Selain itu, diperlukan juga pelatihan untuk para kepala desa agar bisa melaporkan kasus gizi buruk di daerahnya secara online. ”Kalau dengan aplikasi bisa terdata dan kami bisa lakukan penindakan pertolongan. Setelah didapat kasus, kami beri pertolongan,” tuturnya.
Sementara itu, Hasanuddin (18) penderita gizi buruk hanya bisa tertidur di atas kasurnya. Anak bungsu dari empat bersaudara itu tak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang SMP. Belum lagi keterbatasan ekonomi yang membuat pengobatan Hasanudin pun semakin sulit.
“Ayah kerja mancing, ibu hanya seorang ibu rumah tangga. Kegiatan saya sehari-hari paling cuma tiduran saja,” kata Hasanudin.
Kini Hasanudin dirawat di rumah pamannya, Bayu, di Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta. Menurut Bayu, langkah ini ditempuh agar akses pengobatan Hasanudin, lebih mudah.
"Ketahuannya kan baru dua atau tiga tahun yang lalu, cuma di sana berobat susah. Kalau mau ke Kota Purwakarta harus menghabiskan waktu 1,5 jam, itu pun pakai perahu dulu, kalau di sini kan lebih dekat (ke dokter),” ujarnya.
Bayu pun berharap ada penanganan yang lebih lanjut agar keponakannya bisa segera sembuh. “Selama ini juga sudah sering melaporkan, tapi tetap enggak ada respons, dari Pemerintah Kabupaten Purwakarta” ucap dia.
Dokter Reza Rinaldi yang memeriksa Hasanudin memastikan penyakit busung lapar itu sudah berlangsung cukup lama dan tidak mendapat penanganan yang baik. Di usia 18 tahun, Hasanudin hanya memiliki berat badan 20 kg, jauh dari angka ideal.
”Ini malnutrisi protein menahun, harusnya asupan makanan bergizi sejak kecil. Butuh terapi tumbuh kembang yang masif, karena idealnya usia 18 tahun harusnya mencapai 45 sampai 50 kg,” tuturnya.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait