CIREBON, iNews.id - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Kertawinangun, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon (muludan tuk) terbilang cukup unik. Pasalnya, pada puncak acara muludan di desa tersebut digelar tepatnya sepekan setelah pelal ageng muludan Kasepuhan dan Kanoman yang digelar pekan lalu.
Pada muludan tuk dilakukan pengangkatan buyut kayu perbatang, Pangeran Mancur Jaya, sebuah pusaka yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat.
Juru pelihara merangkap juru kunci Situs Balong Keramat Pangeran Mancur Jaya, Raden Suparja mengatakan, puncak acara muludan alias pelal di Desa Kertawinangun, diperingati setiap tanggal 19 Rabiul Awal, atau sepekan setelah puncak muludan di Keraton Kanoman dan Kasepuhan Cirebon.
Dalam kesempatan tersebut, Raden Parja berharap, masyarakat sekitar terutama pemuda dan pemudi sebagai penerus sesepuh nanti, agar tetap dapat menjaga cagar budaya peninggalan nenek moyang. Karena menutnya, kalau tidak ada pelestarian dan dibiarkan maka sejarah di masa yang akan datang akan musnah sia-sia, itu yang tidak diharapkan orang-orang terdahulu.
"Untuk masyarakat sekitar dan pemuda pemudi, agar terus mengikuti ritual-ritual bersejarah seperti ini. Saya berharap jangan sampai adat istiadat ini tidak terawat dan terlebih punah, jadi untuk muda-mudi mari bersama-sama untuk merawat benda cagar budaya," ujarnya.
Dia menjelaskan, ritual pengangkatan kayu keramat Pangeran Mancur Jaya, dimulai dengan pembacaan shalawat Nabi. Setelah dikumandangkan azan oleh seorang muazin, tujuh orang kemudian menyelam ke dasar balong keramat untuk mengangkat kayu tersebut. Kayu berukuran panjang kurang lebih dua meter tersebut kemudian diterima oleh empat orang, lalu di mandikan dengan air kembang dan kemenyan. Setelah di mandikan, kayu tersebut dikafani dan disemayamkan layaknya jenazah manusia.
"Ratusan warga berbaur dengan pengunjung yang datang dari berbagai daerah seperti Indramayu, Majalengka, dan Kuningan, bahkan dari Bandung dan Jakarta memadati jalanan menuju lokasi balong keramat," ujarnya.
Mereka datang ke persemayaman kayu keramat sambil nyekar atau menaburkan bunga sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur. Masyarakat setempat meyakini kayu peninggalan wali tersebut, mengandung karomah dan memiliki beberapa keistimewaan. Salah satunya, kayu tersebut setiap tahun panjangnya selalu berubah. Selain itu kayu tersebut memiliki sifat-sifat seperti layaknya manusia.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait