BANDUNG, iNews.id - Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan utama yang tidak bisa dihindari di kota-kota besar. Masalah itu juga menyergap Kota Bandung.
Salah satu penyebab utama kemacetan di ibu kota Provinsi Jawa Barat ini karena volume kendaraan yang nyaris sama dengan jumlah penduduk. Bahkan jumlah kendaraan itu lebih tinggi dibanding persentase ruas jalan.
Di Kota Bandung, kemacetan lalu lintas paling mencolok terlihat di Jalan Dr Djundjunan atau Pasteur yang merupakan pintu gerbang kota. Arus lalu lintas di kawasan Pasteur selalu padat, terutama pada pagi dan dan sore hari. Kemacetan panjang terlihat dari arah pintu keluar gerbang Tol Pasteur hingga persimpangan yang menuju jalan-jalan utama di pusat kota.
Kepadatan arus kendaraan juga terjadi di beberapa titik lain, seperti perempatan Kiaracondong-Jalan Soekarno-Hatta (Soetta) atau perempatan Samsat serta Jalan Sukajadi.
Kemacetan semakin parah setiap libur panjang tiba, sebab, Kota Bandung menjadi salah destinasi favorit kunjungan wisatawan domestik, terutama dari Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek). Puluhan ribu kendaraan dari Jabodetabek memenuhi kawasan wisata, terutama Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Pelaksana harian (Plh) Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung Ricky Gustiadi mengatakan, volume kendaraan di Kota Bandung didominasi sepeda motor. Data yang diperoleh saat ini jumlah penduduk Kota bandung mencapai 2,4 juta jiwa.
Sedangkan total populasi kendaraan mencapai 2,2 juta unit. "Artinya hampir tiap satu orang (di Kota Bandung) memiliki satu kendaraan bermotor," kata Plh Kadishub Kota Bandung.
Ricky Gustiadi menyatakan, kemacetan terjadi karena tingginya pergerakan kendaraan di Kota Bandung setiap hari. Itu bisa dipantau di perempatan Kiaracondong-Soekarno-Hatta (Soetta). Banyak warga dari wilayah timur dan selatan yang melintas di Jalan Soekarno-Hatta untuk menuju pusat kota.
"Tidak hanya itu kemacetan di Kota Bandung juga terjadi karena 70 persen mobilitas penduduk Kota Bandung menggunakan kendaraan pribadi. Hanya 30 persen angkutan umum," ujar Ricky Gustiadi.
Karena itu, tutur Plh Kadishub, Pemkot Bandung tahun ini menargetkan 92 persen level of servis sebanyak 115 ruas jalan berada di level C, B, dan A atau dalam kondisi baik.
"Namun hingga saat masih ada 28 ruas jalan di Kota Bandung yang berada di level D dan E atau kurang baik yang menjadi sumber utama kemacetan," tutur Plh Kadishub Kota Bandung.
Ricky Gustiadi mengatakan, selain melakukan manjemen rekayasa lalu lintas dan meningkatkan kualitas jalan, Pemkot Bandung juga berusaha mengurai kemacetan dengan membangun sistem angkutan umum massal berbasis jalan raya dan rel, sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat dan provinsi.
"Kami berharap di kota Bandung nanti ada kebijakan perumusan integrasi public transport baik oleh Pemprov Jabar maupun pemerintah pusat," ucap Ricky Gustiadi.
Editor : Agus Warsudi
kemacetan biang kemacetan kemacetan arus lalu lintas kemacetan bandung kemacetan lalu lintas kemacetan parah titik kemacetan titik rawan kemacetan
Artikel Terkait