BANDUNG, iNews.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan pembangunan ibu kota baru di Kalimantan Timur merupakan bagian transformasi besar-besaran di Indonesia. Jokowi menegaskan itu saat menyampaikan president lecture atau kuliah umum di hadapan civitas akademika Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) di Auditorium Gedung Pusat Pembelajaran Arntz-Geise (PPAG) di Kampus Unpar, Jalan Ciumbuleuit, Kota Bandung, Senin (17/1/2022).
Jokowi menyatakan, saat ini, Indonesia tengah melakukan transformasi besar-besaran dalam bidang ekonomi, economy hijau atau green economy, dan teknologi digital. Hadirnya ibu kota baru, kata Jokowi, menjadi bagian dari transformasi tersebut.
"Saya ingin menegaskan mengenai ibu kota baru. Ibu kota baru kita ini bagian dari transformasi besar-besaran," kata Jokowi.
Menurut Jokowi, pembangunan ibu kota baru bukan hanya sekadar memindahkan kantor-kantor pemerintahan. Lebih dari itu, hadirnya ibu kota baru menjadi momentum dan titik awal menuju Indonesia berbasis inovasi dan teknologi.
"Karena dari sinilah kita akan memulai. Pembangunan ibu kota baru di Kaltim ini harus dijadikan momentum untuk membangun kota yang sehat, efisien, produktif yang dirancang sejak awal dan warganya ke mana-mana dekat, bisa naik sepeda, jalan kaki, karena zero emission," tuturnya.
"Jadi sekali lagi, ibu kota negara baru bukan sekedar kota berisi kantor pemerintahan, tapi kita ingin membuat new smart metropolis yang mampu menjadi magnet global dan pusat inovasi," lanjut Jokowi menegaskan.
Lebih lanjut Jokowi menjelaskan, dalam transformasi ekonomi, Indonesia berupaya menggenjot pendapatan, baik dari pajak maupun nonpajak, termasuk meningkatkan lapangan pekerjaaan melalui kebijakan pelarangan ekspor bahan mentah atau low material.
"Oleh karenanya, sejak 2020, (ekspor) bahan mentah kita stop. Harus diproduksi di negara kita, baik barang jadi maupun barang setengah jadi," katanya.
Jokowi melanjutkan, melalui transformasi green economy, Indonesia pun terus berupaya meningkatkan produk-produk ramah lingkungan yang memiliki nilai tambah yang tinggi yang didukung oleh ekosistem ramah lingkungan. Dia menilai, Indonesia memiliki modal yang sangat besar dalam transformasi green economy.
"Kita sebenarnya memiliki kekuatan di sini, modal kita besar karena energi baru terbarukan yang kini miliki, mulai sungai, arus bawah laut, angin, hingga geothermal (panas bumi)," katanya.
"Sekarang sudah dibangun kawasan industri hijau Kalimantan Utara seluar 16.00 hektare. Ini menjadi sebuah gerbang Indonesia baru menjadi sebuah negara global dunia. Pintu gerbangnya di sini," sambung Jokowi menegaskan.
Adapun transformasi ekonomi digital, Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia pun memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang teknologi digital. Terlebih, kata Jokowi, pasar teknologi digital di Indonesia tumbuh sangat pesat jika dibandingkan negara-negara lain di Asean.
"Kita prediksi, 2025 nanti, potensinya (pasar teknologi digital) sekitar 146 miliar USD atau Rp2.100 triliun. Indonesia pun memberikan kontribusi signifikan hingga 40 persen di Asia Tenggara. Kita punya 8 unicorn satu decacron di Asia Tenggara," katanya seraya mengatakan bahwa Indonesia akan terus mengembangkan teknologi digital, mulai dengan peluncuran satelit, pembangunan BTS, hingga jaringan 5G.
Meski begitu, Jokowi menekankan, dalam transformasi besar-besaran di Indonesia, hal paling penting adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM). Tanpa SDM yang mumpuni, dia khawatir SDM Indonesia tak mampu melompat untuk mengoptimalkan besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia.
"Makanya, saya minta pendidikan tinggi mengembangkan talenta mahasiswanya. Jangan perbanyak program studi di fakultas, berikan mahasiswa kesempatan untuk belajar ke siapa saja, di mana saja karena kita harus menciptakan SDM yang unggul," kata Jokowi.
Diketahui, kehadiran Jokowi di Kampus Hnyar dalam rangka Dies Natalis ke-67 Unpar. Selain memberikan kuliah umum, Jokowi juga menyaksikan penyerahan beasiswa secara simbolis dan meresmikan Gedung PPAG Unpar.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait