PANGANDARAN, iNews.id - Kabupaten Pangandaran terancam kehilangan penduduk asli menyusul tingginya arus urbanisasi. Sementara potensi kekayaan yang ada di wilayah Pangandaran banyak manfaatkan warga luar daerah sebagai imbas dari migrasi.
Fenomena ini menurut akademisi asal Pangandaran, Irpan Ilmi harus segera diakhiri. Arus urbanisasi harus diputus dengan memaksimalkan seluruh potensi yang ada. Sehingga warga pribumi tetap betah tinggal di Pangandaran karena semua kebutuhannya tercukupi.
"Kita harus bisa bersaing sejak sekarang, terutama di bidang pengembangan usaha rumahan. Karena itu salah satu jalan untuk pemutus tradisi urbanisasi," kata Irpan, Kamis (1/4/2021).
Apabila urbanisasi terus terjadi setiap tahun, penduduk pribumi akan menjadi orang pinggiran saat pulang kembali ke kampung halaman. Sebab lahan milik orang tuanya sudah jadi objek pembangunan pihak lain.
"Harus menjadi komitmen bersama bahwa potensi alam baik yang berada di laut, pegunungan dan daratan rendah dikelola secara maksimal. tentunya dengan penuh inovasi," ujar dia.
Irpan berharap, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Pangandaran potensial menekan angka urbanisasi. Harapannya pengembangan UMKM ini menjadi titik awal agar warga pribumi berdaya secara ekonomi.
Jika dikaitkan dengan angka lulusan SMA terus mengalami kenaikan. Namun sangat disayangkan, angka lulusan sebesar itu tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.
Berdasarkan data yang dimilikinya, jumlah lulusan siswa SMA di Pangandaran pada 2016 sebanyak 3.818 orang dan terus bertambah di tahun 2020 menjadi 6.026 orang.
Selain itu, Irpan menerangkan, untuk angka pengangguran di Pangandaran juga cukup tinggi sebagai dampak pandemi Covid-19. Jika dipersentasikan dengan jumlah penduduk 424.804 tahun 2015, angka pengangguran pada tahun 2020 mencapai 5,08 persen.
"Upaya tepat saat ini adalah berinovasi menciptakan produk turunan dari hasil bumi melalui UMKM," ucapnya.
Editor : Asep Supiandi
Artikel Terkait