Miris, SD Negeri di Lembang KBB Ini 2 Tahun Tak Punya Siswa Kelas Satu

BANDUNG BARAT, iNews.id - Setiap tahun ajaran baru, sekolah dasar (SD) negeri biasanya ramai oleh anak-anak yang baru masuk sekolah di kelas satu. Namun kondisi itu tidak berlaku di SD Negeri 5 Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang sama sekali tidak punya siswa kelas 1 selama dua tahun ajaran baru 2021-2022 dan 2022-2023.

Sekolah yang berlokasi di Kampung Pengkolan, Desa Cikidang, Lembang ini hanya memiliki 47 murid. Mereka terdiri atas 26 murid kelas 6, 8 murid kelas 5, lima murid di kelas 4, dan 8 murid kelas 3. Kondisi itu tentunya kontradiktif dengan sekolah pada umumnya yang biasanya setiap tahun ajaran baru selalu penuh oleh orang tua yang mengantar anaknya yang baru sekolah.

"Di sini anak saya gak ada temen. Di sekolah ini muridnya sedikit. Bahkan kelas satu saja tidak ada. Makanya anak saya juga rencananya mau dipindahkan ke sekolah lain," kata Amid (39), orang tua siswa SDN 5 Cikidang, Rabu (27/7/2022).

Amid menyataka, anaknya saat ini duduk di kelas 3 dan hanya punya empat teman yang datang sekolah setiap hari. Kondisi itu kadang membuatnya miris karena kasihan anaknya tidak memiliki teman yang banyak. Belum lagi guru kelasnya juga terbatas sehingga harus berpindah-pindah kelas. 

Anak Amid sering kali malas sekolah jika ada temannya tidak masuk karena sakit atau izin. Hal itu terjadi karena di sekolah dia tidak memiliki teman yang banyak sehingga ketika ada yang tidak masuk, siswa di kelas semakin sedikit. 

Dia sudah berbicara ke pihak sekolah untuk memindahkan anaknya, namun sampai saat ini belum diberi izin. "Rencananya anak saya mau dipindahkan ke SD Negeri 1 Cikidang karena kasian di kelas gak punya banyak teman. Apalagi kelas 1 dan 2 gak ada murid, terus tahun depan yang kelas 6 lulus, jadi semakin berkurang," ujarnya.

Guru SD Negeri 5 Cikidang Heti Suryati mengatakan, penyebab siswa di SDN 5 Cikidang sedikit, sSlain karena jarak dari permukiman jauh, juga banyak sekolah swasta dan pesantren. Kondisi ini membuat orang tua siswa memiliki banyak pilihan menyekolahkan anaknya. 

"Kalau dulu dari kampung tetangga banyak yang sekolah ke sini tapi sekarang udah jarang. Kami juga kesulitan pengajar karena sekarang hanya ada tiga orang," kata Heti Suryati.

Editor : Agus Warsudi

Baca Artikel Lainnya di Sini