Warga melintas di jalan rusak Kampung Lebaksiuh, Desa Ciptaharja, Kecamatan Cipatat, KBB. (Foto: Adi Haryanto)

BANDUNG BARAT, iNews.id - Sudah puluhan tahun lamanya warga di Kampung Lebaksiuh, Desa Ciptaharja, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), melalui kjalan rusak dan berlumpur. Akibatnya, aktivitas warga kerap terganggu terutama saat musim hujan.

Wajar jika warga Lebaksiuh bermimpi memiliki jalan desa yang mulus dan beraspal sehingga mereka lebih mudah dalam beraktivitas. Apalagi Indonesia telah hampir 76 tahun merdeka.

Selama ini, mereka harus berjuang melintasi jalan tanah yang kondisinya sangat parah dan sulit dilalui selepas hujan turun. Jalanan menjadi licin sehingga membuat pengendara motor harus ekstra hati-hati jika tidak mau jatuh dan terjerembap ke semak-semak atau tebing curam.

Kampung ini terletak di perbatasan antara Kecamatan Cipatat dengan Kecamatan Saguling. Satu-satunya akses jalan warga adalah melalui jalur ke power house PLTA Saguling, melewati perkebunan PTPN VIII, dan lahan Perhutani Bandung Selatan.

Kondisi jalan ke kampung itu hanya setapak tanah merah. Kontur jalan penuh turunan dan tanjakan diapit perkebunan karet dan hutan pinus. Sebagain terdapat batu-batu besar dan jurang dalam.

Ketua RW 19 Kampung Lebaksiuh Jajang mengatakan sudah puluhan tahun akses jalan di wilayahnya belum tersentuh pembangunan. Kendati begitu sebagian warga tetap memaksakan melewati jalan itu untuk beraktivitas.

"Ini askes satu-satunya menuju desa, kecamatan, dan pasar yang lebih dekat. Jalan lain ada, tapi memutar sangat jauh melewati kecamatan Saguling dan Padalarang," kata Jajang, Sabtu (29/5/2021).

Menurut Jajang, total warga yang bermukim di Kampung Lebaksiuh berjumlah 24 kepala keluarga (KK). Mayoritas warga berprofesi sebagai petani dan perajin gula aren. Sehingga pengangkut hasil bumi dan akses pendidikan sangat bergantung kepada kondisi jalan yang ada. 

Sudah beberapa kali pihaknya mengajukan bantuan ke pemerintah agar dilakukan pelebaran dan pengerasan jalan. Akan tetapi sampai sekarang belum ada tanggapan. Padahal untuk dapat pelayanan pemerintah seperti kesehatan dan pendidikan warga harus menempuh jalan rusak sepanjang 9 km tersebut. 

"Kasihan warga kalau musim hujan, sulit melintas di jalan itu. Untuk sekolah anak-anak paling dekat ke SDN 2 Jatibaru di Saguling yang jaraknya hampir 5 km," ujarnya. 

Selain terisolasi akibat jalan rusak, warga di kampung ini pun belum memiliki infrastruktur penunjang lainnya yang memadai. Bahkan untuk sarana listrik baru dirasakan sejak dua tahun terakhir, sebab sebelumnya masih mengandalkan panel surya.

"Lahan pertanian dan sebagian permukiman warga di sini memang berdiri di atas lahan perhutani, bukan lahan milik pribadi," tutur Jajang.


Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network