Menlu Retno Marsudi dalam Seminar Nasional Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional Prof Mochtar Kusumaatmadja di Jakarta, Rabu (24/5/2023). (ANTARA)

BANDUNG, iNews.id - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mendukung pemberian gelar Pahlawan Nasional bagi Profesor Mochtar Kusumaatmadja. Almarhum dinilai sangat berjasa bagi Indonesia.

Diketahui, Mochtar Kusumaatmadja pernah menjabat sebagai menteri kehakiman (1974-1978), menlu (1978-1988), dan guru besar Universitas Padjadjaran (Unpad).

Mochtar Kusumaatmadja juga merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi anggota Komisi Hukum Internasional yang dibentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Proses pemberian gelar pahlawan nasional untuk Prof Mochtar Kusumaatmadja telah diusulkan oleh Pemerintah Provinsi Bandung sejak 2022.

Upaya meyakinkan pemerintah pusat terus dilakukan, salah satunya menamai jalan layang atau flyover yang sebelumnya Pasupati di Kota Bandung menjadi Jalan Mochtar Kusumaatmadja.

Pemprov Jawa Barat juga mendukung civitas academica UNPAD Bandung sebagai inisiator mengusung penggagas wawasan nusantara sebagai pahlawan nasional. Mochtar Kusumaatmadja wafat pada 6 Juni 2021 dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

“Beliau adalah diplomat ulung yang berhasil menorehkan beberapa jejak yang tidak akan terhapus dalam sejarah diplomasi Indonesia,” kata Menlu Retno saat membuka Seminar Nasional Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional Prof Mochtar Kusumaatmadja, Rabu (24/5/2023).

Retno Marsudi menyatakan, tiga kiprah utama Mochtar Kusumaatmadja dalam dunia diplomasi, khususnya dalam memajukan hukum internasional, soft power diplomacy (diplomasi kekuatan lunak), dan mediasi.

Pertama, pria yang lahir di Jakarta pada 17 Februari 1929 itu dikenal atas peran penting dalam memperjuangkan pengakuan internasional terhadap Indonesia sebagai negara kepulauan.

Capaian tersebut luar biasa karena merupakan perjuangan diplomasi Indonesia selama 25 tahun yang melahirkan Deklarasi Juanda dan kemudian menjadi hukum internasional yang diakui dalam Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982.

“Indonesia berhasil memperoleh wilayah perairannya tanpa mengangkat senjata. Perairan pedalaman kita tidak lagi terpecah wilayahnya tetapi menjadi lebih utuh sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujar Retno Marsudi.

"UNCLOS 1982 ini akan terus digunakan Indonesia dalam memperjuangkan hak-haknya, termasuk di Laut China Selatan,” tutur Menlu Retno.

Kedua, kata Retno Marsudi, almarhum Mochtar Kusumaatmadja adalah tokoh yang mengedepankan soft power diplomacy dengan mempromosikan budaya Indonesia di kancah internasional.

Upaya yang dia lakukan, antara lain, mendirikan restoran Nusantara Indonesia di New York, Amerika Serikat, pada 1986, membentuk Nusantara Chamber Orchestra pada 1988, dan mengusung pameran kebudayaan Indonesia di AS pada 1990-1991.

“Semua ini dilakukan demi membangun citra positif Indonesia di mata dunia, sekaligus memperkuat jembatan kebudayaan antara Indonesia dengan negara lain,” ucap Retno Marsudi.

Di dalam negeri, ujar dia, Prof Mochtar juga mendirikan Museum Konferensi Asia-Afrika (KAA), Jalan Asia Afrika, Kota Bandung yang merupakan pengingat tonggak kepemimpinan Indonesia yang menginspirasi kemerdekaan banyak bangsa di dunia pada masa itu.

“Jadi pemanfaatan soft power dalam diplomasi merupakan sebuah terobosan pada masanya,” ujar Menlu.

Ketiga, Mochtar dihormati atas inisiatifnya dalam memediasi konflik antara Vietnam dan Kamboja.

Menurut Retno Marsudi, upaya diplomasi Mochtar membuka jalan bagi rangkaian proses perdamaian dengan menghasilkan Ho Chi Minh City Understanding.

Ini menjadi landasan pelaksanaan Jakarta Informal Meetings, hingga berujung pada Paris Peace Agreement yang sampai saat ini masih terus diingat setidaknya oleh Kamboja dan Vietnam.

“Sebagai menlu, beliau paham betul pentingnya stabilitas dan keamanan di kawasan dan ekspektasi dunia terhadap kepemimpinan Indonesia di dalam menyelesaikan berbagai konflik,” tutur Retno Marsudi.

Dengan berbagai kiprah tersebut, Mochtar memastikan Indonesia bisa tetap berdiri tegak dalam memperjuangkan kepentingan nasional sekaligus terus berupaya berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dunia.

“Bagi saya, Prof Mochtar sudah merupakan seorang pahlawan. Karena itu, pemberian gelar Pahlawan Nasional bagi beliau sangatlah pantas sebagai penghormatan atas kontribusi beliau bagi Indonesia dan dunia," ucap Menlu.

"Sekaligus memastikan beliau terus menjadi inspirasi bagi generasi muda bangsa Indonesia, khususnya bagi para diplomat Indonesia,” ujarnya.


Editor : Agus Warsudi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network