BANDUNG, iNews.id - Warga Kabupaten Bandung tentu tak asing lagi dengan nama Kampung Boneka di Jalan Sayati Hilir, Desa Sayati Hilir Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung. Sebelum berubah jadi kampung boneka, Sayati Hilir dikenal dengan istilah cedok, singkatan dari bahasa Sunda, becek dan ledok atau belepotan.
Saat ini, di Kampung Boneka Sayati Hilir, terdapat sekitar 120 Kepala Keluarga (KK) yang memproduksi boneka. Setiap KK, rata-rata memiliki empat pekerja. "Dulu pernah ada survei, rata-rata ada empat orang per satu perajin. Taruhlah ada 120 KK, berarti ada kisaran 500 perajin. Mereka tak hanya datang dari Kabupaten Bandung, tapi juga Tasik (Tasikmalaya), Banjar. Bahkan Jawa Tengah," kata Rony (55), generasi kedua perajin di Kampung Boneka Sayati Hilir, Jumat (29/9/2023) siang.
Rony berkisah mengenai asal mula Kampung Boneka Sayati Hilir terbentuk. Semula, nama Sayati Hilir lebih dikenal dengan kampung cedok. "Dulu warga di sini semua bikin bata. Makanya dikenal sebagai Kampung Cedok, kepanjangan dari istilah Sunda becek (becek) dan ledok (kotor/belepotan)," ujar Rony.
Kemudian, ujar Rony, Elan Ruslandy ayahnya, merintis usaha kerajinan boneka pada sekitar tahun 1977. Setelah itu, semua tetangga mengikuti jejak ayahnya. "Saya generasi kedua, sekarang sudah ada generasi keempat. Alhamdulillah semenjak bapak ngerintis boneka, tetangga mengikuti," tutur dia.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait