BANDUNG, iNews.id - Nama Atay Doank dikenal sebagai merek layang-layang asal Kabupaten Bandung. Penjualan layangan Atay tak hanya di Bandung, tapi sampai ke luar Jawa, bahkan pernah menghiasi langit Negeri Kincir Angin, Belanda.
Tatang Hermawan (69) yang akrab disapa Atay, pemilik merek layangan 'Atay Doank' mengatakan, ketika permainan tradisional itu sedang ramai, dalam sehari bisa meraup omzet Rp4 juta.
"Dulu, pernah sampai ke Negeri Belanda. Bos saya dulu yang bawa ke Belanda. Sekarang mah paling luar Jawa, lokalan Indonesia," kata Atay ditemui di rumah produksinya di Kampung Pasantren Timur (Pastim), Desa Pamekaran, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Rabu (11/10/2023).
Atay menyatakan, harga layang-layang yang dijualnya beragam. Untuk layang-layang biasa, harganya Rp20.000 satu kodi. Sementara layang-layang spesial, Rp40.000 per kodi (isi 20 buah). "Beli eceran juga bisa. Layang-layang biasa dijual eceran Rp1.000. Kalau yang spesial Rp2.500," ujar Atay.
Atay mengaku tidak tahu sejak kapan layang-layang buatannya laku di pasaran. Penjualan layang-layang, sangat bergantung dari situasi. Namun, musim layangan terjadi tiga tahun sekali.
"Pas pandemi kemarin memang yang beli layang-layang berkurang. Baru sekarang mulai ramai lagi. Mudah-mudahan bisa ramai terus," tutur Atay.
Atay memulai usaha pembuatan layang-layang sejak 1970-an. Awalnya, dia bekerja sebagai penjahit. Karena hobi, Atay pun beralih profesi menjadi perajin layang-layang.
"Ternyata penghasilan dari usaha membuat dan menjual layang-layang bisa lebih besar dari menjahit. Jadi ya saya teruskan saja usaha ini sampai sekarang," kata Atay.
Editor : Agus Warsudi
Artikel Terkait